Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Sunday, August 09, 2015

Menerapkan Disiplin Pada Remaja

Menerapkan disipilin pada remaja adalah proses lanjutan sejak usia anak-anak (Di bawah sepuluh tahun). Konsisten dan ketegasan adalah dua hal yang penting untuk menegakan disiplin. Pada dasarnya disiplin adalah mematuhi aturan yang sudah disepakati atau diberlakukan. Mengikuti semua aturan yang disepakati, maka aktifitas bisa berjalan menyenangkan. Sebaliknya jika ada aturan yang dilanggar maka ada sanksi yang haus diberikan.

Hari Minggu ini, saya harus menerapkan sanksi pada si Sulung karena melawan dan membohongi saya dan Papanya. Minggu siang sekitar pukul 12.00, saat selesai makan siang. Anak-anak masuk kamar, saya dan Papanya duduk di ruang keluarga. Tiba-tiba Si Sulung keluar dari kamarnya dan menemui saya dan Papanya. Kata Si Sulung: "Ma, Pa aku mau ke sekolah, mau lihat pertandingan basket". Papanya langsung menjawab: "Papa ikut!" Reaksi Si Sulung langsung menolak. Saya memotong perdebatan Si Sulung dan Papanya. Saya katakan. " Kakak tidak diijinkan. Pertama, info mendadak, kedua besok sekolah. Tapi Mama masih bisa ijinkan asal Papa dan Van ikut. Karena biar bagaimanapun kamu belum punya SIM.

Saya harus akui, saya salah dengan mengizinkan Si Sulung mengendarai motor ke sekolah padahal tidak punya SIM. Awalnya, saya tidak mengizinkan, bahkan saya marah ketika Papanya memfasilitasi si Sulung ke sekolah dengan motor saat masih SMP. Semua di mulai karena si sulung dua kali harus merelakan handphonenya berpindah tangan. Pertama dicopet, kedua diambil dengan tipu muslihat.

Di atas metromini 69, Blok M-Ciledug, Sulungku ditegur seorang laki-laki dengan ptongan polisi tapi berpakaian preman. Anakku ditanya, apakah naik dari blok M? Tadi di blok M ada tawuran, maka sekarang ada pemeriksaan. Sulungku menolak tapi tasnya diambil paksa lalu diperiksa. Pertama dikeluarkan dompet lalu HP yang diberikan ke sulungku. Singkat cerita tidak ditemukan senjata tajam, maka tas dikembalikan setelah dompet dan hp dimasukan kembali ke tas oleh pemeriksa. Tapi pada waktu yang bersamaa ada lelaki lain yang ikutan ngobrol sepanjang pemeriksaan. Keduanya lelaki itu turun berjarak sekitar 100 m dari tempat anakku turun. Anakku langsung memeriksa tas dan hpnya tidak ada, anakku berlari mengejar kedua orang tadi tapi sudah tidak ada.

Pulang dengan keadaan kesal, dan marah, Sulungku memelukku dan menceritakannya. Aku hanya mengatakan, berdoa semoga memang ada yang membutkan HPmu. Dan jangan pernah kamu kejar. Bersyukur kamu tidak apa-apa. Lain reaksi Papanya yang ikutan marah dan gemas, sehingga memutuskan memberikan motor. Namun sebelum itu (kejadian dicopet) Cukup lama Si sulung  menceritakan ketidaknyamanan di atas metromini 69 karena ulah pengamen bertato. Pengamen kadang membaca puisi yang memaki-maki pemerintah atau menceritakan baru keluar penjara dan minta uang untuk makan. Dengan alasan lebih baik minta daripada mencuri/mencopet. Menghindari pengamen bertato, Sulungku sering terlambat pulang karena harus mengambil jalan berputar. Maka Si sulung seringkali memilih naik angkutan yang dua kali lebih jauh menuju rumah tapi jarang pengamen seperti itu.

Tapi kejadian hari Minggu ini, membuat saya marah besar. Kembali kepada keinginannya menonton pertandingan basket. Di hari biasa kami tidak mengizinkan Si Sulung naik motor sendiri. Maka untuk hari inipun kami tidak megizinkan. Tapi mengingat kami juga pernah sekolah dan menyukai olahraga, walau cuma menonton, Papanya berkenan mengizinkan dengan catatan Papa ikut. Sulungku menolak.

Tawar menawar tidak berhasil dan Si sulung membatalkan niatnya dengan alasan, banyak tugas untuk hari Senin. Lalu ia sibuk di komputer menyelesaikan tugas. Karena printer sedang rusak, Sulungku mengajak adiknya untuk mencetak tugas di tempat fotocopi. Saya tidak memperhatikan apa yang dikenakan Si sulung. Nggak berapa lama si bungsu kembali sendiri. Saya tanya mana si kakak, dengan takut-takut adiknya menjawab, pergi nonton basket.

Saya marah sekali karena Si Sulung sudah membohongi kami (pergi tanpa ijin). Panjang-pendek saya ngomel ke Papanya. Papanya cuma jawab: Tunggu anaknya pulang. Singkat cerita Si Sulung pulang pukul 20.10. Langsung saya minta duduk. Saya langsung tanya maunya apa? Sudah berani melawan, membohongi orangtua dengan pergi diam-diam.

Reaksinya hanya diam dan memandang saya dengan tatapan marah. Saya katakan, dia tidak berhak marah tapi saya sebagai orangtua yang harus marah. Karena kami mengizinkan ia pergi asal dikawal Papanya. Alasan Papanya perlu ikut sudah dijelaskan panjang lebar. Pertama, info mendadak, kedua besok sekolah, ketiga \belum punya SIM, Keempat Tangerang adalah wilayah baru bagi kami. Tapi tawaran kami tidak ada yang diterima dan ia menjalani apa yang ia mau.

Kami jelaskan hidup itu bukan maunya sendiri. Dan diusianya yang baru 15 tahun, semua masih ada di bawah pengawasan dan tanggung jawab orangtua. Sulungku masih belum bisa menerima alasam-alasannya. Saya dan Papanya membiarkan. Tapi ia harus menerima sanksi.
Pertama. HP, harus diserahkan ke saya setiap pulang sekolah selama dua minggu. Ke sekolah kami izinkan bawa untuk komunikasi. Kedua, cuci piring setiap habis makan malam. Sanksi berlaku mulai hari Senin 10 Agustus 2015.

 Bagaimana besok, ya saya cuma menunggu dan akan melihat. Bagi saya penolakan atau kemarahan Si Sulung adalah proses. Biar saja. Tapi saya tetap harus tegas dan mengendalikan, sebelum semua menjadi lepas kontrol. Ini adalah proses lanjutan penerapan disiplin. Semoga saya bisa menjalani dan melakukan dengan benar tanpa harus melukai perasaan si Sulung.


Friday, August 07, 2015

Tertukar Sepatu

Masih seputar cerita seputar remaja remaja. Setiap hari Si Sulung bercerita dengan atusias mengenai kegiatannya di sekolah. Baik terkait dengan pelajaran, cara guru menyapanya dan interaksi dengan kawan-kawan. Sedikit berbeda dengan Si Bungsu yang tidak akan bercerita kalau tidak tanya.

Tadi pagi, sesaat sebelum berangkat Si sulung bercerita, kalau hari ini (Jumat, 7 Agustus 2014) akan menerima buku paket. Aku berpesan agar berhati-hati mengendarai motor dengan beban buku yang cukup berat.

SWeperti biasa dengan wajahnya yang jenaka ia menjawab "iya" sambil memeluk dan menciumku. Bahagia banget rasanya, si bocah lelaki kecil dulu, kini sudah seperti tiang listrik. Aku melepaskannya dengan senyum dan oda yang tak henti, hingga ia hilang dari pengelihatanku.

Karena hari ini, aku akan menghadiri undangan seminar yang diselenggarakan sebuah komunitas, maka aku baru akan bertemu anak-anak nanti malam. Benar saja, antar aku dan anak-anak hanya selisih 20 menit, tiba di rumah. Si sulung seperti biasa pulang ke Oma (Mamaku) untuk makan dan istirahat, lalu bangun tidur, jemput si Bungsu (karena masuk siang dan pulang sekitar 17.20) Baru keduanya pulang ke rumah.

Setiba di rumah, tanpa ganti baju hanya bebersih, aku langsung menyiapkan makan malam. Sementara Si bungsu dan Si sulung bergantian mandi. Baru aku yang membersihkan diri sebelum makan malam. Kami menikmati makan malam sederhana, sayur bening bayam + jagung, ikan goreng, telur dadar, pepes tahu dan sambel.

Usai makan malam, kami mencari possi paling enak di tempat tidur. Nonton tv sambil bercerita. Si Sulung bercerita, kalau tadi pagi sebelah sepatunya tertukar dan ia butuh waktu 3 jam untuk menemukan sebelah sepatunya.

Rupanya, Si sulung di minta petugas perpustakaan membantu menyiapkan paket buku yang akan di bagikan. Kelas satu ada 10 kelas dengan jumlah siswa baru sekitar 400. Pembagian buku dilakukan per kelas. Saat masuk kelas ketiga, Si Sulung minta izin gantian dengan yang lain dan diijinkan. Masuk perpustakaan diharuskan membuka alas kaki, jadi saat Su Sulung pamit di depan perpusatakaan ada puluhan pasng sepatu dengan model, ukuran dan warna yang sama yaitu; hitam. Ia langsung mengambil sepasang sepatu di tempat di mana tadi ditinggalkan.

Mungkin tipikal anak lelaki yang kurang teliti, Sulungku santai saja memakai. Baru terasa ada yang aneh setelah ia berjalan dan memperhatikan dengan detil kalau sepasang sepatu yang mebungkus kakinya tidak sama. Saat kembali ke perpustakaan, sudah berganti kelas ke empat. Sulungku menuju kantin yang kebetulan berdekatan dengan kelas ke tiga. ia memperhatikan kaki-kaki yang lalu lalang. Sulungku akhirnya menemukan sepatunya dipakai seorang gadis.

Dengan gaya santai Sulungku mendekati dan nyeletuk "Eh keren juga tuh sepatunya!" Si gafis spontan menoleh dan menjawab "Iya nih ada yang bawa sepatu gue". Sulungku tretawa dan menunjukan kakinya dengan cara mengangkat ke atas sedikit. Si gasid menoleh dan terbelalak "Hei itu sepatuku". Sulungku mengangguk, lalu membuka dan memberikannya pada si gadis. Si gadis menerima dengan cemberut. Sulungku teta[ tersenyum.

Sulungku bercerita hampir 3 jam ia mencari sebelah sepatunya, begitu etemu di judesin. Ia bercerita dengan tertawa. Aku menanggapi dengan mengatakan, "Sabarlah, yang seperti itu nggak perlu di masukkan ke hati". Jawaban sulungku sediiit mengejutkanku tapi aku pura-pura cuek. "Aku memang tetap tersenyum kok, aku bilang sama kawan-kawanku, biasalah kalau cewek PMS"

Gubrak! Aku sebagai emaknya langsung kaku di tempat. Kok tahu-tahuan istilah PMS-Pre Menstruasi Syndrome. Sulungku baru 15 tahun. Untung dia tidak memperhatikan wajahku yang mendadak tegang. Aku langsung mengalihkan wajah ke tv dan berkat, "Pkoknya sama anak perempuan tidak boleh galak!".

Monday, August 03, 2015

Menjadi Sahabat Bagi Anak Remaja

Masih cerita seputar remaja. Blogpos saya kemarin, mengenai 3 kunci berkomunikasi dengan anak remaja. Kali ini, saya mau menuliskan, bagaimana menjadi sahabat/kawan bagi anak remaja.
Dulu waktu saya remaja, saya merasa aturan yang dibuat kedua orangtua saya sangat menjengkelkan. Karena aturan aturan itu terasa sebagai pengekakangan. Aktifitas saya merasa terbatas karena memang dibatasi.
Berdasarkan hal itu dan dari hasil menuntut ilmu dari berbagi seminar tumbuh kembang anak & remaja serta obrolan sesama orangtua, saya berusaha menempatkan diri sebagai sahabat anak remaja. Menjadi sahabat anak remaja adalah upaya saya sebagai orangtua mengontrol pergaulan anak.
Sulung saya kini berusia 15 tahun dan Si bungsu berusia 12 tahun. Lain anak lain karakter. Apalagi keduanya lain jenis kelamin. Tapi karena saya selalu berdekatan, mengasuh dan membesarkan mereka, maka saya cukup mengenai karakter keduanya.
Dalam hal berkomunikasi dengan remaja kita harus bisa menempatkan posisi sebagai pendengar yang baik. Saat mereka anak-anak kita sebagai orangtua adalah pembicara yang baik. Berbicara yang baik-baik, memberi contoh ucapan yang baik dengan intonasi yang baik dan turut bahasa yang baik.
Menjadi pendengar yang baik adalah:
1. Membuka telinga lebar-lebar. 
2. Tidak memotong pembicaraan si anak remaja, 
3. Tidak mencela, 
4. Tidak menjadi orangtua yang sok pintar 
5. Kembalikan dalam bentuk pertanyaan.
Usai si anak remaja bercerita, cobalah mengenali gejolak perasaannya. Jangan langsung menjawab atau memberi saran/solusi/ menyimpulkan dari cerita si anak. Biasanya saya akan membalikan dalam bentuk pertanyaan seperti ini: Kalau menurut kamu, harusnya kawanmu bersikap bagaimana? Percaya deh, si anak remaja ini akan menggebu-gebu mengemukakan pemikirannya. Orangtua sebagai sahabat, cukup mendengarkan.
Sejak anak-anak sekolah, yang selalu berhubungan dengan pihak sekolah, sesama orangtua murid dan kawan-kawan anak-anak adalah suami saya karena saya terikat sebagai pegawai kantoran 8-17. Setelah saya berhenti kerja kantoran, suami mulai membagi peran dan tanggung jawab yang berhubungan dengan sekolah, sesama orangtua murid dan kawan anak-anak. Saya mulai menghafal nama-nama, kebiasaan, alamat rumah dari kawan-kawan anak-anak saya.

Mengetahui ketiga hal itu sangat membantu saya berkomunikasi dengan anak-anak. Karena saya bisa menanyakan kabar kawan-kawannya. Topik seputar kawan-kawan dan kebiasaan mereka menjadi bahan obrolan ringan. Tanpa sadar anak-anak leluasa bercerita mengenai kesukaan atau ulah usil yang mereka lakukan. Dengan mengetahui lingkaran pertemanan anak-anak, saya tahu anak-anak saya ada di mana. Sesekali saya ikut dalam permainana di antara mereka.
Berbicara dengan topik yang dekat dan disukai anak-anak, membuat mereka mudah bercerita. Cerita ringan bersama anak adalah awal komunikasi untuk masalah yang lebih serius. Menjadi sahabat bagi anak remaja adalah memberikan ruang di mana mereka merasa nyaman. Ketika anak remaja merasa nyaman, ia tidak akan ke mana-mana. Sebagai orangtua kita harus bisa memberi rasa nyaman itu. Kita harus mengetahui atau  mengikuti gaya bicara, termasuk istilah dalam pergaulan mereka.
Saya belajar untuk tahu istilah di kalangan anak-anak saya dan kawan merka.
Mager-malas gerak,
Coek-kacau/absurd,
Gegana-gelisah, galau dan merana, dan sebagainya.
Dulu kalau dibilang AGUS-yang dimaksud Agak Gundul Sedikit. Sekarang AGUS- Anak Gaul Unjuk SMILE. Menurut anak sulung saya, itu upaya menampakan wajah ceria. Gak masanya lagi anak-anak gaul berwajah suram.
Dulu kalau kita lambat merespon disebut TELMI-Telat Mikir
Sekarang ATM-Agak Telat Mikir/ Lola-loadingnya lama

Bukan mau gaul atau dianggap kekinian tapi ini upaya bisa tetap berkomunikasi dengan kedua anak saya yang remaja.Dengan menjadi sahabat bagi mereka, minimal mereka tahu, sebagai orangtua, saya ada dan akan selalu ada.

Sunday, August 02, 2015

3 Kunci Komunikasi dengan Remaja



Mempunyai sepasang anak menuju remaja, senang dan seru. Senang karena saya sudah melewati tahapan mendampingi masa anak-anak, di bawah 10 tahun dan di bawah 5 tahun. Mengingat mendampingi masa kanak-kanak, sama dengan belajar meningkatkan kesabaran. Karena pada masa kanak-kanak, saya dan suami sebagai orangtua, nyaris memegang kendali penuh dalam mendampingi Bas dan Van.

Jika mereka bermain di wahana tertentu atau berenang, salah satu antara saya dan suami harus ikut serta. Bukan tidak percaya tapi kami masih ingin mengawasi secara langsung. Begitu keduanya sudah di atas 10 tahun, kami sudah bisa lebih percaya melepas. Pengawasana bisa dilakukan dari jarak jauh. Tapi tetap dengan sedertan pesan berhati-hati


Pada perjalanan mendampingi kedua anak saya, saya menemukan 3 hal yang akhirnya saya sebut sebagai 3 Kunci Komunikasi dengan remaja. Remaja  menurut saya, berdasarkan apa yang saya baca dan saya ingat. Remaja adalah anak-anak dalam rentang usia 12-21 tahun. Terdiri dari 3 fase. remaja awal, 12-15, remaja  tengah 16-18 dan remaja penuh 19-21 th. Kedua anak saya berada remaja awal dan tengah. Van 12 tahun dan Bas 15 tahun.

Layaknya anak-anak dalam masa pencarian identitas diri sekaligus berharap pengakuan akan keberadaannya, mereka berada dalam situasi yang labil. Bersikap tegas belum mampu tapi keberadaannya ingin diakui. Kedua anak saya memiliki sifat yang berbeda. Bas, keras tapi humoris. Van sensitif dan serius.

Sifat mereka sudah saya kenal sejak masa balita. Pada Bas saya lebih sering melakukan pendekatan dengan penjelasan berdasarkan logika. Sedangkan dengan Van lebih pada pendekatan yang mengedepankan simpati dan empati. Inilah 3 kunci komunikasi yang saya maksud

1. Lakukan komunikasi disesuaikan situasi dan kondisi anak.
Jangan lakukan pembicaraan atau diskusi saat anak lelah.

2. Hindari pembicaraan saat anak tidak mau bercerita.
Sebagai orangtua, kita cenderung mencecar anak dengan berbagi pertanyaan seuasi anak beraktifitas. Padahal belum tentu anak ingin bercerita

3. Pancing anak dengan kisah kita lebih dulu.
Saya terbiasa menceritakan apa yang saya lakukan hari ini, baru masuk obrolan dengan hal yang dekat dengan aktifitas anak.

Ketiga cara ini cukup ampuh, memancing kedua anak saya bercerita mengenai apa yang mereka lakukan hari itu atau apa yang merka pikirkan mengenai apa yang sedang menjadi hit di antara kawan-kawannya.

Guru yang menyenangkan, guru yang jutek, kawan yang usil, kawan yang lucu adalah topik yang paling sering diobrolkan. Perlahan tapi pasti saya selalu melanjutkan  dengan mencari tahu siapa guru dan kawan yang mereka maksud. Ini berguna untuk mengenali sifat dan membekali anak, sikap yang harus mereka lakukan agar tentang asyik berhadapan dengan guru dan kawan-kawannya.

Menghindari lelucon yang bisa menimbulkan gesekan kesalah pahaman, juga menjadi pesan yang saya sampaikan saya bertukatr cerita dengan anak-anak. Tidak harus selalu dengan pujian tapi usapan dipunggung atau di pipi Bas dan Van, mereka tahu saya mencintai mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan keduanya.

Saturday, August 01, 2015

Berlibur di Rumah Nenek




Kegiatan berlibur di rumah Nenek, adalah salah satu kegiatan liburan favorite. Tahun ajaran baru 2015, kedua anak saya bersekolah di Tangerang. Keduanya bersekolah dengan jarak yang cukup jauh. Kalau dulu, setahu saya, ada saran-saran siswa bersekolah dekat dengan rumah. Kenyataannya terlalu banyak aturan yang brtolak belakang dan faktanya, tidak seperti aturan yang ada.

Kebetulan, rumah ibu saya berada di tengah jarak antara rumah tinggal saya dan sekolah kedua anak. Akhirnya rumah Nenek atau kami biasa menyebutnya Oma, menjadi persinggahan. Bas masuk pagi, sepulang sekolah akan singgah di Oma, makan lalu istirahat. Sementara Van sekolah siang. Karena Bas ada di Oma, sepulang Van sekolah, akan singgah di Oma juga supaya nanti bisa pulang bersama-sama.

Ini adalah minggu pertama sekolah. 3 hari pertama di isi dengan Masa Orientasi sekolah, selanjutnya perkenalam pelajaran ekstra. Kebetulan 31 Juli 2015 hari Jumat bertepatan dengan ultah Si Bungsu Van, maka kami sepakat berkumpul untuk melakukan pengucapan syukur. Atas selesainya MOS, Hut pernikahan saya (8 Juli) Hut Bas ke 15 th (27 Juli) dan Hut Van (31 Juli)



Saya menyiapkan mie ayam dan macaroni schootel. Selain itu sudah ada capcay, puyung hay serta ikan bakar dan ikan goreng. Makan malam seru bukan karena yang tersaji tapi siapa yang menyiapkan dan siapa yang memakan. Jika berkumpul begitu, rumah Oma nyraris nggak muat. Gelak tawa terdengar riuh. Plus tepuk tangan mengiringi kisah kedua anak saya dan sepupu mereka yang bercerita pengalaman mengikuti MOS.

Seperti dua tulisan saya sebelum ini, MOS yang membuat saya dan ortu lain stress, ditanggapi dengan enak sukacita. Tapi tetap saya beranggapan MOS dengan persyaratan membawa macam-macam benda nggak guna, cuma kegiatan yang sia-sia.

Selesai syukuran, anak-anak tidak ada yang mau pulang. Sayapun membolehkan dan ikut menginap. Menginap di rumah Oma, selalu menyenangkan. Selain saya dan kedua anak saya, ada adik saya juga dengan dua anaknya.  Jika menginap, maka saat tidur semua ruangan rumah Oma akan penuh. Mulai dari ruang tamu, ruang tv hingga kamar Oma. Bermodal kasur lipat dan bantal, kami akan tidur senyaman mungkin.





Di dekat rumah Oma tinggal beberapa kakak dan adik saya. Sehingga pagi-pagi saat bangun tidur sudah ramai. Suasan semacam ini yang selalu kami rindukan. Beberapa orang akan sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan minum. Serta siap-siap belanja dan memasak untuk makan siang. Tidak lama, datang lagi beberapa cucu-cucu yang usianya di bawah 10 tahun. Rumah Oma kian ramai. Anak-anak bermain congklak, monopoli atau gadget.



Saya tidak tahu akan berlama lama lagi suan seperti ini tercipta. Usia Oma kian tinggi. Berkumpul di rumah Oma, adalah upaya kami untuk teraus berada di dekat Oma. Saya berharap kedua anak saya punya kenangan yang menyenangkan bersama Oma.







Friday, July 31, 2015

Van, Kaulah Bola Mataku

Memandangmu adalah memandang diriku sendiri. Semarah atau sekesal apapun padamu, aku tak mampu berlama-lama. Ya, karena kamu adalah aku.

Vanessa Elleanor Monoarfa, hari 31 Juli 2015, Genap 12 tahun usiamu. 12 tahun yang menakjubkanku. Hadirmu memutar balikan tujuan hidupku. 

Tangis dan tawamu adalah sumber kekuatanku, sumber energi yang tak bisa tergantikan.

Ingat permainan kita, saling memeluk? Kita menyebutnya transfer energi. Di kala kulelah karena bergumul dengan keseharian hidup. Tangan kecilmu terentang dan menawarkan energi baru. Mana bisa aku menolaknya.  Memelukmu atau berada dalam pelukanmu, adalah kedamaian dunia yang terindah.







Kau yang mengajarku, memandang hidupmu bukan hanya hitam dan putih. Lewat tangan kecilmu, aku belajar merasakan getar kasih dalam nadi yang meluncur halus. 

Melalui bibir mungilmu, kau bantu aku memahami setiap kata yang terucap.
"Kalau aku tanya baik-baik, Mama juga harus jawab baik-baik ya!" Itu kalimat yang selalu kau ucapkan jika ingin sesuatu. Kau tahu Van, ke manapun aku   
   pergi atau dari manapun aku datang, kaulah selalu yang kuingat. Bas dan 
   Papa, berada diurutan selanjutnya.




    Karena kaulah bola mataku.
    Sehingga apapun yang kupandang, mengingatkanku akan sepasang bola 
    matamu nan bening. Di 
    sana ada pengharapan yang tak pernah usai. Dalam kelelahan yang 
    membebani punggung-
    punggung kehidupanku,tawa renyamu adalah penawar semua lelah.




Kau tahu, Van
    Gunung kan kudaki dan lautan kan kuseberangi adalah janji gombal. Tapi 
    Mama katakan "jangankan gunung yang tinggi atau samudera yang luas, api 
    membara sekalipun kan Mama terjang demi dan untuk berada bersamamu.

   Karena apa? Karena Kaulah bola mataku, Van.
   Menyulam kisah kehidupan dengan serat-serat cinta yang terlahir karena 
   kelindan batin kita, adalah mencipta sebuah naskah jurnal kehidupan. 
   Sebelum kau berjalan dengan seseorang yang 
   akan hadir memberi warna-warni masa remaja dan masa dewasamu. Aku
   dan Papa adalah,  pendengar setia semua cerita cintamu.

 Penyair besar, Kahlil Gibran mengatakan:

Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka terlahir melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu


  Beliau, mungkin benar tapi Mama katakan
  Bagi Mama, Van adalah anak Mama yang terlahir karena cinta. Yang   
  direncanakan dalam proses     kehidupan yang bukan hanya merindukan anak 
  manusia. Tapi anak yang Mama lahirkan yang  merindukan belaian kasih 
  Mama dan Papa untuk mengantarkan pada rutinitas hidupmu nanti.

  Nanti...
  bukan sekarang.

Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan pikiranmu
Karena mereka memiliki pikiran mereka sendiri

  Benar, Van bukanlah duplikat atau fotocopi Mama dan Papa
  Cinta dan buah pikir kami adalah pegangan awal bagimu saat memulai   
  pelajaran hidup.


Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh tapi bukan jiwa mereka,
Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi

Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu
Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur-busur tempat anak-anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan

Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh

  Mulanya egois Mama dan Papa begitu besar. Namun lagi-lagi kamipun   
  menyadari, seperti yang ditulis Kahlil Gibran. Kami memang tak bisa 
  merumahkan jiwamu. Jiwamu, milikmu sendiri. Tapi apa yang yang Mama dan 
  Papa ajarkan, adalah pengendali kala Van tak mampu berpikir atau 
  memutuskan. Ikutlah apa yang Mama dan Papa pesankan.

Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Van, kaulah bola mataku
Melalui sosokmu, aku menjadi ibu. Mungkin bukan yang terbaik tapi percayalah Mama selalu mencoba menjadi lebih baik untuk, Van. Juga Bas dan Papa. Karena kita adalah satu kesatuan dalam cinta kasih yang berusaha agar tak terpisah.
  
Dan di ulang tahunmu yang ke 12.
Doa dan pesan Mama selalu yang terbaik untuk Van.
Bertumbuh dan jadilah anak yang takut akan Tuhan.
Karena takut akan Tuhan adalah awal pengetahuan.







    

Wednesday, July 29, 2015

Tips Mengatasi Anak dengan Sifat Tantrum



Pertanyaan ini muncul ketika seorang kawan bertanya, bagaimana cara menghadapi anak yang ngamuk jika kehendaknya tidak dituruti? Pertanyaan sederhana tapi jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya. Mengamuk saat kehendaknya tidak diturut dalam ilmu psikologi desbut Temper Tantrum.

Anak mengamuk tidak terjadi secara mendadak. Pasti ada sebab yang menjadikannya seperti itu. Mula yang sederhana biasanya karena anak tidak diperhatikan. Bisa jadi saat anak memerlukan bantuan/jawaban dari orng tua, tapi orangtua mengabaikannya.

Self defence. Kawan saya langsung mengatakan: "Saya selalu perhatiaan loh". Padahal, sering saya melihat, jika kawan saya sedang mengobrol dengan kawan, panggilan anaknya (Laki-laki berusia 3 tahun) lewat colekan di tangan atau tarikan di baju ibunya, tidak dipedulikan. Kawan saya sesekali mengatakan : Sabar ya sayang, Ibu sedang bicara.

Saya memang mengajarkan kepada kedua anak saya sejak mereka kecil, mereka tidak boleh memotong jika orangtuanya sedang bicara. Mereka harus menunggu saya berhenti bicara baru meeka boleh bicara. Lah kalau saya sedang bicara dan anak saya juga bicara siapa yang mendengar? Bukankah kita harus bicara secara bergantian agar yang dibicarakan bisa didengar?

Jika konteks saya sedang berbicara dengan orang lain, anak-anakpun harus menunggu saya berhenti bicara. Biasanya saya akan ijin dengan lawan bicara saya untuk menanggapi panggilan/ajakan bicara kedua anak saya. Saya tidak akan mengabaikan mereka. Sejak kecil, tidak penting kita berbicara mencintai anak atau menyayangi anak, kalau pada kenyataannya kita tidak bersendau gurau, bermain, bahkan berpelukan dan saling mencium. Ungkapan cinta dan sayang memang penting agar anak tahu, kita mengasihi mereka tapi lebih penting jika kitapun melakukan dalam situasi yang nyata.  Untuk apa kita selalu mengucapkan, Mama saya adik, Mama saya kakak tapi hanya lewat telpon?

Awal tantrum seorang anak ada 2 hal. Selalu diperhatikan atau selalu di acuhkan. Keduanya ektrim. Karena selalu diperhatikan, maka ketika sekali waktu diabaikan, anak akan mengamuk sejadi-jadinya. Sebaliknya anak yang iasa diabaikan menjadi tantrum karena itu upaya kerja kerasnya untuk menarik perhatian. Inti dari anak tantrum adalah MENCARI PERHATIAN.

Maka menghindari atau menjauhkan anak dari sifat tantrum, ya berikan PERHATIAN.
Lalu bagaimana kalau tantrumnya sudah pecah? Atasi. Caranya?

1. Pastikan anak tidak dalam kondisi membahayakan diri.
    (Berguling-guling di jalan raya, kalau di mall/supermarket, awasi daja)

2. Perhatikan sekilas, untuk memastikan sikap anak tidak menarik perhatian anda.

3. Jika tantrumnya reda, dekati anak, usap, peluk dan cium. Jika anak meronta, ucapkan perlahan:         Mama/Ibu/Ayah/Papa, sayang sama ....(sebutkan namanya). Mari dekat sini, peluk Mama/Ibu.           Ayah atau Papa. (Percaya deh anak tidak akan menolak, uluran tangan orang tua

4. Usap airmatanya, dekap di dada dan bisikan kata-kata manis membujuk. Katakan kalau .....
    (sebutkan namanya) mau sesuatu bukan begitu cara memintanya. Ucapkan dengan baik, itupun
    belum tentu dikasih. Apalagi kalau sesuatu yang tidak penting.

5. Mengatakan/menjelaskan kemungkinan anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah
    bagian mengajarkan anak untuk mengenal rasa kecewa.

6. JIka dilakukan dengan konsisten, anak akan paham, strateginya dengan mengemukakan sifat
    tantrum tidak membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan.

Selain sifat asih, asah dan asuh, orangtua harus tegas bukan galak. Tegas dan konsisiten akan melatih anak menjadi disiplin. Setiap hal, disampaikan dengan komunikasi yang baik. Komunikasi yang terbuka akan membantu saling pengertian antara anak dan orangtua. Karena kegagalan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua akan menghasilkan kendala yang lebih besar di masa depan.

Persoalan yang bisa diselesaikan saat ini, selesaikanlah. Jangan biarkan menjadi bibit akar pahit. Yang akan menjadi luka batin di masa depan. Ketegasan dan konsistensi atas sikap dan prilaku orangtua dalam membimbing dan mengarahkan anak, akan menjadikan anak tangguh dan luwes. Tangguh dalam menghadapi kekecewaan tapi luwes dalam pergaulan. Semoga tips yang saya rangkum dalam mengasuh kedua anak saya bisa bermanfaat.


Monday, July 27, 2015

MOS: ORTU STRES, ANAK HAPPY

 MOS hari pertama, kedua anak saya di dampingi ayahny. Soalnya saya harus bertemu klien dari pk. 09.00-12.00. Saya tiba di rumah pk. 14.00, rumah dalam keadaan kosong. Ternyata anak-anak dan ayahnya, parkir di rumah Oma (Ibu saya) karena kelelahan dan kelaparan. Mereka tahu kalau pulang saya tidak ada di rumah. Mengetahui mereka dalam keadaan baik-baik, hati saya pun tenang. 

Sebelum magrib, ketiganya sudah tiba di rumah. Tabpa membuang waktu, saya meminta anak-anak mengeluarkan tempat makan dan minum. Mengeluarkan pakaian kotor lalu istirahat sambil mencatat, bahan apalagi yang harus disiapkan untuk MOS hari kedua. Si adik mencatat lalu menyerahkan potongan kertas ke saya. Bersama si Kakak saya pergi belanja. Papanya tinggal di rumah membantu si bungsu membuat tas dari bahan daur ulang. Padahal tadi pagi si BUngsu sudah membawa tas yang terbuat dari kemasan bekas minyak goreng 2 L. Harus diganti lantaran dianggap kekecilan.

Sambil berbelanja, sulung saya bercerita pengalaman MOS hari pertama. Dari awal hingga akhir, semua berisi sukacita. Pertanyaan pertama saya, bagaimana keadaan anak-anak yang rambutnya dicukur? Ternyata hanya sulung saya yang bercukur nyaris botak. Tapi dasarnya si sulung anak periang, ia selalu membawa keceriaan.

Bahkan hari ini terpilih untuk memimpin menyanyikan lagu Indonesia Raya di upacara pembukaan MOS. Agak surprise juga buat saya. Tak henti-hentinya si Sulung menceritakan sukacita mengikuti MOS. Ia berhasil menjadi siswa yang diinginkan hampir setiap kelompok. Baru satu hari si sulung sudah menjadi the famous boy. Dengan julukan yang agak "seram", BoBi- Botak Biadab. Karena diari pagi hingga MOS hari pertama usai, sukses membuat seisi kelas tertawa dengan banyolan-banyolannya. Salah satu slogan yang diserukan si Sulung "Botak Berjaya!'

Hari ini juga bertepatan dengan ultah Si Sulung ke 15. Apa yang dikhwatirkan (Dikerjain) ternyata nggak terbukti. Seorang guru bertanya siapa yang ultah  di bulan Juli, Si Sulung mengangkat tangannya. "Saya bu" Ujar Si Sulung. Selanjutnya diikuti tepukan tangan dan lagu Happy birthday. Di akhir MOS, sang guru bertanya, 
" kamu ultahnya kapan?"

" Hari ini bu, 27 Juli"  jawab Si Sulung

" Wah boleh ditraktir dong"

"Boleh banget bu, saya senang menerima kadonya"
Menurut Si Sulung sesudah ia menjawab seperti itu, bu guru dan beberapa panitia MOS malah tertawa.

Pada postingan saya kemarin, bisa di baca di sini: Ada komentar yang membuat saya merenung. Diantaranya dari Bunda Yati Rahmat. "Icha, sekian puluh tahun yang lalu, beberapa kali Bunda juga ikut sibuk nyiapin peralatan untuk anak-anak yang silih berganti tahun ada kegiatan MOS itu. Tapi enjoy aja, emang sih keknya apa sih manfaat yang bisa melekat pada si anak itu".


Komentar lain dari Kornelius ginting:

Semoga masa MOS segera berlalu dan meniggalkan kesan positif.. meskipun sedikit bertanya-tanya.. tujuan akhirnya apa dengan semua perlengkapan itu :)

Berarti saya nggak perlu khawatir. Atau jangan-jangan kecemasan saya lebih dikarenakan kelelahan saat mempersiapkan materi yang harus di bawa anak. Ingat materi jadi ingat yang disiapkan untuk MOS hari kedua.

Si Bungsu
- Masih Oriza sativa di tanak
- Sayur kesukaan para pelaut (Sayur bayam)
- Lauk berbentuk Ufo
- Telur berbentuk segitiga
- Susu Tinggi = Hilo
- Buah minion= Pisang
-  Strong bus = Biskuat

Si Sulung
- Air fokus = Aqua
- Biskuit bertahi lalat = Good time
- Nasi dengan lauk 3 T;  tahu-tempe dan telur
- Obat magg

Saya sudah lebih tenang, terutama karena kedua anak saya asyik-asyik saja elama mengikuti MOS. Barangkali, sebagai ortu kita memang harus lebih cooling down. Khawatir berlebihan sudah nggak jaman lagi. Ikut MOS, rti stres tapi anaknya happy.


Sunday, July 26, 2015

ANAK IKUT MOS, ORTU YANG REPOT


Tahun ini kedua anakku menjadi siswa baru di  tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Si Bungsu masuk SMP dan Si Sulung masuk SMA. Biaya adalah resiko setiap orantua yang ingin memberikan pendidikan layak. Tapi kerepotan akibat membantu anak-anak mengikuti MOS, rasanya nggak seimbang banget
MOS -Masa Orientasi Sekolah atau MBS-Masa Bina Siswa. Kenyataannya hanyalah lelucon sesaat. Sampai saat ini, saya belum melihat di mana manfaatnya, atas persyaratan yang harus di bawa kedua anak saya.



Si Bungsu harus membawa
-          Oriza Sativa yang ditanak = Nasi
-          Sayur basi = Sayur asem
-          Fermentasi kedele = Tempe
-          Lauknya Upin-Ipin = Ayam goreng
-          Lauk berbentuk pirin terbang = Telor ceplok
-          Susu tinggi = Susu Hi Lo
-          Plang nama dari kardus bekas dengan foto saat masih SD
-          Tas dari bahan daur ulang
-          2 buah bersisik
-          2 buah kanibal
-          2 balon gas
            Kue triplek itali = Tanggo
            Biskuit Itali = Biskuit Roma



Si Sulung harus membawa
-          Air fokus = Aqua
-          Nasi becek berkokok = sampai artikel ini saya tulis belum nemu makanan apa.
-          Plang nama dengan foto selfi
-          Obat sakit kepala
-          Obat sakit perut
-          Pena cepat : Bolpoin merk faster
-          Buah minion = Pisang
-          Bawa tas yang digunakan semasa SMP
-          Bawa buku bersampul merah dengan totol=totol jingga
-          Potong rambut model 321
-          2 balon gas
-          Minyak kayuputih
-          Pembalut wanita (Anak saya lelaki)



Atas semua tugas itu, saya dan Papanya yang stres. Masalahnya Sabtu saat briefing, diinformasikan Minggu semua siswa baru harus mengikuti psiko test dan harus sudah di sekolah pukul  7 pagi. Selesai psiko test jam 11.30, barulah kami berpacu dengan waktu mencari materi yang harus di bawa saat MOS hari pertama.

Mungkin sejak  beberapa hari ini, media sosial banyak menginformasikan kegalauan ortu yang anaknya ikut MOS. Walaupun tidak ada pembulian secara fisik, memenui persyaratan yang harus dibawa tetap terasa sebagai pembulian mental. Saya tidak melihat unsur pendidikannya.

Misalnya untuk melihat kepatuhan atau kedisiplinan, menurut saya masih banyak cara yang bisa di tempuh. Datang tepat waktu sudah meunjukan kedisiplinan.  Kalau dibilang menempa mental anak dengan mensyaratkan siswa baru menggunakan atribut lucu-lucuan, masih banyak cara lain. Misalnya, meminta tiap siswa baru minimal mengenal 20 nama kawan baru, 10 nama kawan baru plus alamat rumah, 5 nama kawan baru, termasuk alamat rumah dan no tlp.  Lalu satu kawan baru dengan data lengkap, nama ,alamat, no tlp, jumlah saudara, nama ortu dan lain-lain. Di sini siswa baru didorong untuk mencari informasi, lebur di tengah kawan baru.

Banyak cara lain yang lebih mendidik. Tapi entahlah apapun nama kegiatannya, tahun ke tahun saya tetap tidak melihat adanya perubahan. Keponakan saya yang juga masuk SMA, diharuskan membawa tas dari karung goni, topi dari baskom, kalung dari permen.  Tetangga saya lebih rempong lagi. Diharuskan membawa koran bekas 1 kg, kaleng bekas 2 buah, kardus bekas 2 buah. Saya melihat ini ada nilai ekonomisnya. Bisa jadi barang-barang tersebut bisa dijual. Tapi tetap tidak seimbang karena tetangga saya membeli se kg koran bekas seharga Rp. 10.000. Sedangkan kalau kita menjual se kg koran bekas hanya di hargai Rp. 1.000.

Ada yang bilang, rejeki abang yang jual koran bekas. Begitu juga dengan penjual balon gas. Reejeki setahun sekali. Kalau tujuannya bagi-bagi rejeki. Banyak cara lain yang lebih baik.  Misalnya adakan pentas seni, bazar kerajinan tangan dan makanan. Berjualan secara langsung adalah ujian mental yang luar biasa. Palagi jika ditarget besarnya uang yang harus dikumpulkan. Ada kerjasama, dan strategi dagang. Siswa langsung berhadapan dengan permasalahan kehidupan.


Tapi entahlah, saya seharian ini lelah banget. MOS 3 hari, ini baru hari pertama masih ada dua hari lagi. Padahal besok saya ada meeting dengan klien. Semoga tugas MOS hari kedua dan ketiga tidak serempong hari ini. Ini catatan saya untuk postingan nonstop 20 hari blogging.

Monday, June 29, 2015

29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas)

Kami sekeluarga sedang duduk santai di teras rumah, ketika si bungsu Van bertanya: "Ma, mengapa perlu ada Hari Keluarga Nasional?" Taktik yang selalu saya gunakan, manakala belum menemukan jawaban dari pertanyaan anak, adalah membalikan pertanyaan dengan pertanyaan
"Menurut mengapa?"

"Supaya semua anggota keluarga lebih menyadari fungsinya"  Potong Bas, putra sulungku. Hmm diskusi bakal menjadi menarik nih.
"Memangnya apa fungsi anggota keluarga?' tanyaku lagi.

"Orangtua memelihara keluarga, Orang tua mencari biaya untuk membiayai keluarga, Orangtua menyiapkan anaknya untuk nanti terjun ke masyarakat" Jawab Bas lagi.

"Terus fungsinya anak?"

"Disayangi!" Jawab Van

"Yakin? Yang menyayangi siapa/" tanyaku

"Ya Mama-Papanya" Jawab Van

"Kakak atau adiknya siapa yang menyayangi mereka?" tanyaku lagi

"Nggak gitu. Semua anggota keluarga harus saling menyayangi. Orangtua ke anak, anak ke orangtua, adik kekakan dan kakak ke adik" Ujar Bas

"Saling menyayangi itu harus atau perlu?" tanyaku lagi

"Harus" Jawab Bas.

"Perlu" Jawab Van

"Dua-duanya, harus dan perlu. Kalau sesama anggota keluarga tidak saling menyayangi, maka kita tidak akan saling menjaga. Ketika kita tidak saling menjaga maka otomatis kita tidak akan saling menghargai. Karena kalau sesuatu yang kita hargai pasti kita jaga. Ingat boneka beruang Van? Van sangat menyayangi, apalagi itu boneka dikasih Mama. Maka Van menjaganya sebagai bentuk penghargaan atas pemberian Mama"

Balik pada pertanyaan Van, Mengapa perlu ada Hari Keluarga Nasional, sebenarnya itu hanya salah satu bentuk progra pemerintah dalam mengendalikan jumlah penduduk. Dengan tujuan, mensejahterakan penduduk. Kalau jumlah tak terkendali, pemerintah susah mensejahterahkan. Tidak mudah memberi perhatian dan pelayanan pada kesejahteraan masayarakat. Di dalamnya termasuk pelayanan pendidikan, kesehatan.

Dengan adanya Hari keluarga Nasional, pemerintah bisa memberitahukan kepada masyarakat, melalui keluarga-keluarga untuk menjalani fungsi setiap anggota keluarga. Ketika fungsi anggota keluarga berjalan dengan baik, mustinya di masyarakat juga akan berjalan. Keluargakan unit terkecil dalam masyarakat. Maka jika keluarga sejahtera, maka lebih luasnya masyarakat harusnya juga sejahtera. Jika masyarakat sejahtera, pemerintah dianggap berhasil. Sekarang ini angka kemisikinan seakan-akan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu negara. Kalau rakayat susah, maka negara dianggap gagal, karena gagal mensejahterakan rakyatnya.

Lagipula, keren loh kalau kita merayaka Hari Keluarga Nasonal ketimbang merayakan Valentine. Iya kan? Bas dan Van manggut-manggut sambil mulutnya mengunyah cemilan. Aku tersenyum, kira-kira mereka paham nggak ya?


Monday, June 22, 2015

Jakarta Oh Jakarta

Aku da kedua anakku dilahirkan di Jakarta. Namun pada perjalanannya rumah dibilangan kebayoran lama harus dijual dan kami pindah ke Tangerang. Namun demikian saya tetap menyekolahkan anak-anak di Jakarta dan semua aktifitas saya tetap di Jakarta.

Maka wajar rasanya kalau saya menyanjung Jakarta dan merasa sebagai warga Jakarta. Tapi semua berbanding terbalik, manakala masuk pada tahun ajaran baru. Tahun 2015 kurasa sebagai tahun yang sulit. Tahun di mana saya harus mendaftarkan anak-anak ke jenjang pendidkan yang lebih tinggi. Si Bungsu ke SMP dan Si Sulung ke SMA. Ya, kedua anak saya berjarak tepat tiga tahun.

Tiga tahun lalu ketika sulung saya lulus SD dan harus mendaftar ke SMP, saat itu masih ada pengkategorian RSBI-Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Saya tidak mendapat informasi kalau ingin masuk di sekolah RSBI ini daftarnya bulan Februari. Buat saya agak aneh karena saat itu anak-anak jangankan lulus, ujian akhir saja belum. Maka saya tidak bisa memasukkan ke sekolah yang menjadi target. Lalu ada peraturan pemerintah, pengkategorian tersebut dihapus.

Sehingga tidak ada lagi sekolah negeri "terfavorit", walau kenyataannya tetap saja ada. Namun dengan penghapusan pengkategorian RSBI, membuat sekolah bersaing sehat untuk mendapatkan istilah favorit. Yaitu dengan meningkatkan kwalitas sekolah masing-masing.

Tiga tahun kemudian, aturan berubah lagi. Kali ini, untuk bersekolah di Jakarta harus memiliki domisili kartu keluarga Jakarta. Tempat lahir dan aktifitas yang notabene berkontribusi ke Jakarta nggak lagi diperhitungkan. Kedua anak saya harus bersaing dikuota 5 % memperebutkan bangku sekolah di Jakarta. dengan nilai ujian nasional rata-rata 8,4 dan 8,7 kedua anak saya tidak bisa bersekolah di Jakarta.

Marah dan jengkel campur aduk. Apalagi saya tidak mengusai wilayah Tangerang. Kepala terasa mau pecah. Jakarta yang saya cintai dan selalu saya amati setiap pertumbuhan dan dinamika pemerintahannya, tidak lagi menjadi kota saya. Dan di HUT  Jakarta kali ini, dengan sedih dan menyesal saya harus mengatakan selamat tinggal Jakarta. Tapi saya akan kembali.

Friday, June 19, 2015

Larutan Cap Kaki Tiga Persembahkan Kidzania Police Station Department



Foto bersama usai pembukaan Kidzania Police Station Departmen
Perwakilan PT.. Kino Indonesia, Anak-anak Indonesia, Kidzania Manajemen
dan Brand Ambasado Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga Anak, Ummi Pipik.
Dok. Elisa Koraag

PT. Kino Indonesia mempersembahkan establishment Larutan Cap Kaki Tiga Anak Kidzania  Police Station. Untuk memfasilitasi anak-anak Indonesia belajar mengenai aktifitas seputar profesi polisi. Di sini diberikan edukasi menjadi polisi yang baik. Anak-anak juga mengikuti bermain lewat simulasi menangkap penjahat yang mencuri formula rahasia Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga Anak.
Sumber: 
Bermain di establishment Larutan Cap Kaki Tiga Anak Police Station ini, menjadi ajang belajar bagi anak  mengembangkan logika berpikir.  Anak-anak mengumpulkan clue, menganalisa dan menyimpulkan lokasi penjahat untuk kemudian menangkapnya.

Sumber: 

Selain  berperan sebagai polisi yang berarti memerangi kejahatan, situasi ini dapat membentuk karakter anak sebagai pribadi yang baik dan peduli terhadap sekitarnya, demikian yang disampaikan Maya Kenova, General Manager KidZania.

Sumber: 


Dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar. Lewat bermain anak-anak mempelajari banyak hal. Baik pengenalan nilai-nilai sosial, nilai kehidupan, dan ketrampilan. Bukan hanya boleh dan tidak boleh, baik dan benar atau bisa dan tidak bisa. Lewat bermain anak-anak belajar bagaimana berbagi, tolong menolong, saling memberi semangat dan belajar berempati.  


Penanda tanganan kerjasama
Deny Cahyo, selaku GM Marketing PT.KINO INDONESIA
dan Kerry Riza, Presiden KidZania Jakarta.
Dok: Elisa Koraag



Pembukaan Kidzania Police Station Departmen, persembahan Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga Anak, produksi PT. Kino Indonesia, ditandai dengan penandatanganan kerjasama oleh  Deny Cahyo, selaku GM Marketing PT.KINO INDONESIA dan Kerry Riza, Presiden KidZania Jakarta.


Polisi, guru, dokter dan insinyur adalah sebagian profesi yang paling sering disebut pada anak-anak ketika mereka ditanya, kelak besar ingin mejadi apa? Selain penjelasan dan cerita kita kepada anak-anak mengenai profesi tersebut, kini anak-anak dapat mengikuti simulasi berperan menjadi profesi yang mereka inginkan di Kidzania.

Aktifitas anak-anak yang sehat dapat terlihat dari tingginya mereka bergerak dan rasa ingin tahu yang besar. Terkadang, anak-anak belum dapat mengukur kegiatan mereka. Maka orangtua yang harus memperhatikan dan mewaspadai kondisi anak. Seperti , saat saya dan beberapa blogger diundang menghadiri pembukaan establishment Larutan Cap Kaki Tiga Anak Police Station di Kidzania. 

Kidzania adalah wahana yang mewujudkan mimpi anak menjadi orang dewasa. Ya, Kidzania adalah tempat setiap anak bisa mencoba atau merasakan profesi yang dilakoni orang dewasa. Kidzania sebuah kota yang lengkap dengan semua infra strukturnya. Jadi jangan heran kalau saat kita berada di Kidzania, suara riuh anak-anak dan lalu lalang mereka dengan berlari menjada permandangan biasa. Kidaznia mengusul konsep Edutainment, Hiburan dan pendidikan. Sangat tepat dengan konsep pendidikan untuk anak, yaitu bermain sambil belajar.

Dengan kondisi semacam itu (anak bermain sambil berlari-lari) maka anak menjadi mudah berkeringat, bahkan suhu tubuh anak juga meningkat. Tapi tidak perlu khawatir, Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga mampu mengembalikan cairan tumbuh yang hilang, mendinginkan dan mencegah anak menjadi dehidrasi yang bisa berakibat pada panas dalam. Larutan Cap Kaki Tiga anak, adalah pereda panas dalam untuk anak, memiliki 3 varian rasa, Jeruk, strawbery dan Leci. Rasanya yang enak membuatnya disukai anak-anak.


Dok: Elisa Koraag
Saat pembukaan, Ummi Pipik yang menjadi Brand Ambasador Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga Anak, mengatakan, sebagai ibu, ia sangat terbantu dengan adanya Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga untuk menangani anak-anak yang panas dalam. Rasa yang enak, mudah di dapat karena dijual dibanyak tempat dan kwalitas yang sudah teruji membuat Ummi Pipik selalu menyediakan Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga Anak di rumah.

Pada kesempatan itu, Bapak Jaya Suprana selaku Pendiri Museum Rekor memberikan penghargaan kepada PT. Kino Indonesia karena Larutan Cap Kaki Tiga Anak dinilai telah melakukan inovasi untuk kesehatan anak dimana tidak ada minuman pereda panas dalam untuk anak sebelumnya.


My daughter



Yuk, Ke Kidzania. Mumpung lagi libur sekolah. Biarkan anak mengekplorasi keingintahuan mereka. Wujudkan mimpi setiap anak di Kidzania. Apapun profesi yang mereka cita-citakan dapat dilakukan di Kidzania.