Masih cerita seputar
remaja. Blogpos saya kemarin, mengenai 3 kunci berkomunikasi dengan anak remaja. Kali ini, saya mau menuliskan, bagaimana menjadi sahabat/kawan bagi
anak remaja.
Dulu waktu saya
remaja, saya merasa aturan yang dibuat kedua orangtua saya sangat
menjengkelkan. Karena aturan aturan itu terasa sebagai pengekakangan. Aktifitas
saya merasa terbatas karena memang dibatasi.
Berdasarkan hal itu
dan dari hasil menuntut ilmu dari berbagi seminar tumbuh kembang anak &
remaja serta obrolan sesama orangtua, saya berusaha menempatkan diri sebagai
sahabat anak remaja. Menjadi sahabat anak remaja adalah upaya saya sebagai orangtua mengontrol pergaulan anak.
Sulung saya kini
berusia 15 tahun dan Si bungsu berusia 12 tahun. Lain anak lain karakter.
Apalagi keduanya lain jenis kelamin. Tapi karena saya selalu berdekatan,
mengasuh dan membesarkan mereka, maka saya cukup mengenai karakter keduanya.
Dalam hal
berkomunikasi dengan remaja kita harus bisa menempatkan posisi sebagai pendengar yang baik. Saat mereka
anak-anak kita sebagai orangtua adalah pembicara yang baik. Berbicara yang
baik-baik, memberi contoh ucapan yang baik dengan intonasi yang baik dan turut
bahasa yang baik.
Menjadi pendengar
yang baik adalah:
1. Membuka telinga lebar-lebar.
2. Tidak memotong pembicaraan si
anak remaja,
3. Tidak mencela,
4. Tidak menjadi orangtua yang sok pintar
5. Kembalikan dalam bentuk pertanyaan.
Usai si anak remaja
bercerita, cobalah mengenali gejolak perasaannya. Jangan langsung menjawab atau
memberi saran/solusi/ menyimpulkan dari cerita si anak. Biasanya saya akan
membalikan dalam bentuk pertanyaan seperti ini: Kalau menurut kamu, harusnya
kawanmu bersikap bagaimana? Percaya deh, si anak remaja ini akan menggebu-gebu
mengemukakan pemikirannya. Orangtua sebagai sahabat, cukup mendengarkan.
Sejak anak-anak
sekolah, yang selalu berhubungan dengan pihak sekolah, sesama orangtua murid
dan kawan-kawan anak-anak adalah suami saya karena saya terikat sebagai pegawai
kantoran 8-17. Setelah saya berhenti kerja kantoran, suami mulai membagi peran
dan tanggung jawab yang berhubungan dengan sekolah, sesama orangtua murid dan
kawan anak-anak. Saya mulai menghafal nama-nama, kebiasaan, alamat rumah dari
kawan-kawan anak-anak saya.
Mengetahui ketiga
hal itu sangat membantu saya berkomunikasi dengan anak-anak. Karena saya bisa
menanyakan kabar kawan-kawannya. Topik
seputar kawan-kawan dan kebiasaan mereka menjadi bahan obrolan ringan. Tanpa
sadar anak-anak leluasa bercerita mengenai kesukaan atau ulah usil yang mereka
lakukan. Dengan mengetahui lingkaran pertemanan anak-anak, saya tahu anak-anak
saya ada di mana. Sesekali saya ikut dalam permainana di antara mereka.
Berbicara dengan
topik yang dekat dan disukai anak-anak, membuat mereka mudah bercerita. Cerita ringan bersama anak adalah awal
komunikasi untuk masalah yang lebih serius. Menjadi sahabat bagi anak
remaja adalah memberikan ruang di mana mereka merasa nyaman. Ketika anak remaja
merasa nyaman, ia tidak akan ke mana-mana. Sebagai orangtua kita harus bisa memberi
rasa nyaman itu. Kita harus mengetahui atau mengikuti gaya bicara, termasuk istilah dalam
pergaulan mereka.
Saya belajar untuk tahu
istilah di kalangan anak-anak saya dan kawan merka.
Mager-malas gerak,
Coek-kacau/absurd,
Gegana-gelisah,
galau dan merana, dan sebagainya.
Dulu kalau dibilang
AGUS-yang dimaksud Agak Gundul Sedikit. Sekarang AGUS- Anak Gaul Unjuk SMILE. Menurut anak sulung saya, itu upaya
menampakan wajah ceria. Gak masanya lagi anak-anak gaul berwajah suram.
Dulu kalau kita
lambat merespon disebut TELMI-Telat Mikir
Sekarang ATM-Agak
Telat Mikir/ Lola-loadingnya lama
Bukan mau gaul atau
dianggap kekinian tapi ini upaya bisa tetap berkomunikasi dengan kedua anak
saya yang remaja.Dengan menjadi sahabat bagi mereka, minimal mereka tahu,
sebagai orangtua, saya ada dan akan selalu ada.
3 comments:
memang seharusnya begitu mbak, saay selalu menanyakan semua kegiatan mereka sambil aku juag suka cerita tentang aku dulu sekolah. jadi ceriatnya berkembang dan anak akan lancar bercerita. Walau kadang aku suak ketiduran dan kena jitak anakku, he, he...
Aku jadi mbayangin Thifa dan Hana kalo udah remaja, kemudian galau :( :D
gakberasa aku pasti akan mengalami ini juga ya anak-anak jadi ABG
Post a Comment