Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Monday, June 22, 2015

Jakarta Oh Jakarta

Aku da kedua anakku dilahirkan di Jakarta. Namun pada perjalanannya rumah dibilangan kebayoran lama harus dijual dan kami pindah ke Tangerang. Namun demikian saya tetap menyekolahkan anak-anak di Jakarta dan semua aktifitas saya tetap di Jakarta.

Maka wajar rasanya kalau saya menyanjung Jakarta dan merasa sebagai warga Jakarta. Tapi semua berbanding terbalik, manakala masuk pada tahun ajaran baru. Tahun 2015 kurasa sebagai tahun yang sulit. Tahun di mana saya harus mendaftarkan anak-anak ke jenjang pendidkan yang lebih tinggi. Si Bungsu ke SMP dan Si Sulung ke SMA. Ya, kedua anak saya berjarak tepat tiga tahun.

Tiga tahun lalu ketika sulung saya lulus SD dan harus mendaftar ke SMP, saat itu masih ada pengkategorian RSBI-Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional. Saya tidak mendapat informasi kalau ingin masuk di sekolah RSBI ini daftarnya bulan Februari. Buat saya agak aneh karena saat itu anak-anak jangankan lulus, ujian akhir saja belum. Maka saya tidak bisa memasukkan ke sekolah yang menjadi target. Lalu ada peraturan pemerintah, pengkategorian tersebut dihapus.

Sehingga tidak ada lagi sekolah negeri "terfavorit", walau kenyataannya tetap saja ada. Namun dengan penghapusan pengkategorian RSBI, membuat sekolah bersaing sehat untuk mendapatkan istilah favorit. Yaitu dengan meningkatkan kwalitas sekolah masing-masing.

Tiga tahun kemudian, aturan berubah lagi. Kali ini, untuk bersekolah di Jakarta harus memiliki domisili kartu keluarga Jakarta. Tempat lahir dan aktifitas yang notabene berkontribusi ke Jakarta nggak lagi diperhitungkan. Kedua anak saya harus bersaing dikuota 5 % memperebutkan bangku sekolah di Jakarta. dengan nilai ujian nasional rata-rata 8,4 dan 8,7 kedua anak saya tidak bisa bersekolah di Jakarta.

Marah dan jengkel campur aduk. Apalagi saya tidak mengusai wilayah Tangerang. Kepala terasa mau pecah. Jakarta yang saya cintai dan selalu saya amati setiap pertumbuhan dan dinamika pemerintahannya, tidak lagi menjadi kota saya. Dan di HUT  Jakarta kali ini, dengan sedih dan menyesal saya harus mengatakan selamat tinggal Jakarta. Tapi saya akan kembali.

No comments: