Mempunyai sepasang anak menuju remaja, senang dan seru. Senang karena saya sudah melewati tahapan mendampingi masa anak-anak, di bawah 10 tahun dan di bawah 5 tahun. Mengingat mendampingi masa kanak-kanak, sama dengan belajar meningkatkan kesabaran. Karena pada masa kanak-kanak, saya dan suami sebagai orangtua, nyaris memegang kendali penuh dalam mendampingi Bas dan Van.
Jika mereka bermain di wahana tertentu atau berenang, salah satu antara saya dan suami harus ikut serta. Bukan tidak percaya tapi kami masih ingin mengawasi secara langsung. Begitu keduanya sudah di atas 10 tahun, kami sudah bisa lebih percaya melepas. Pengawasana bisa dilakukan dari jarak jauh. Tapi tetap dengan sedertan pesan berhati-hati
Pada perjalanan mendampingi kedua anak saya, saya menemukan 3 hal yang akhirnya saya sebut sebagai 3 Kunci Komunikasi dengan remaja. Remaja menurut saya, berdasarkan apa yang saya baca dan saya ingat. Remaja adalah anak-anak dalam rentang usia 12-21 tahun. Terdiri dari 3 fase. remaja awal, 12-15, remaja tengah 16-18 dan remaja penuh 19-21 th. Kedua anak saya berada remaja awal dan tengah. Van 12 tahun dan Bas 15 tahun.
Layaknya anak-anak dalam masa pencarian identitas diri sekaligus berharap pengakuan akan keberadaannya, mereka berada dalam situasi yang labil. Bersikap tegas belum mampu tapi keberadaannya ingin diakui. Kedua anak saya memiliki sifat yang berbeda. Bas, keras tapi humoris. Van sensitif dan serius.
Sifat mereka sudah saya kenal sejak masa balita. Pada Bas saya lebih sering melakukan pendekatan dengan penjelasan berdasarkan logika. Sedangkan dengan Van lebih pada pendekatan yang mengedepankan simpati dan empati. Inilah 3 kunci komunikasi yang saya maksud
1. Lakukan komunikasi disesuaikan situasi dan kondisi anak.
Jangan lakukan pembicaraan atau diskusi saat anak lelah.
2. Hindari pembicaraan saat anak tidak mau bercerita.
Sebagai orangtua, kita cenderung mencecar anak dengan berbagi pertanyaan seuasi anak beraktifitas. Padahal belum tentu anak ingin bercerita
3. Pancing anak dengan kisah kita lebih dulu.
Saya terbiasa menceritakan apa yang saya lakukan hari ini, baru masuk obrolan dengan hal yang dekat dengan aktifitas anak.
Ketiga cara ini cukup ampuh, memancing kedua anak saya bercerita mengenai apa yang mereka lakukan hari itu atau apa yang merka pikirkan mengenai apa yang sedang menjadi hit di antara kawan-kawannya.
Guru yang menyenangkan, guru yang jutek, kawan yang usil, kawan yang lucu adalah topik yang paling sering diobrolkan. Perlahan tapi pasti saya selalu melanjutkan dengan mencari tahu siapa guru dan kawan yang mereka maksud. Ini berguna untuk mengenali sifat dan membekali anak, sikap yang harus mereka lakukan agar tentang asyik berhadapan dengan guru dan kawan-kawannya.
Menghindari lelucon yang bisa menimbulkan gesekan kesalah pahaman, juga menjadi pesan yang saya sampaikan saya bertukatr cerita dengan anak-anak. Tidak harus selalu dengan pujian tapi usapan dipunggung atau di pipi Bas dan Van, mereka tahu saya mencintai mereka dengan segala kelebihan dan kekurangan keduanya.
1 comment:
ooh gitu ya caranya, makasih sharingnya ya. Nanti aku terapkan
Post a Comment