Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Thursday, September 04, 2008

APA ARTINYA JANGAN DITANYA?

Pertanyaan di atas, gampang-gampang sudah menjawabnya. Arti jangan di tanya secara harfiah ya, jangan bertanya. Bingung? Akan lebih membingungkan lagi kalau yang bertanya anak 5 tahun.

Oh yah, sudah lama aku tidak berbagi kisah tentang aku dan keluargaku termasuk kedua buah hatiku Bas dan Van. Kini kegiatanku sehari-hari tetap di mulai pukul 5 pagi. Sama seperti ketika aku masih bekerja kantoran. Cuma kali ini aku lebih berkonsentrasi menyiapkan perlengkapan dan keperluan suami serta kedua anakku yang akan ke kantor atau ke sekolah.

Kesibukan mengurus rumah membuat aku jarang mempostingkan tulisanku di email group maupun diblog tapi aku menuliskannya di diary. Seperti jaman remaja dulu. Soalnya kalau aku mulai duduk di computer, ke dua anakku akan sama sibuknya mengelilingiku di computer. Jadi aku membiarkan mereka di computer dan aku dengan diaryku.

Tulisan ini, ku ambil dari catatanku minggu lalu menjelang awal ramadhan. Cuaca di sekitar Jakarta sangat panas, sehingga aku banyak mengkonsumsi air es. Akibatnya tenggorokkanku meradang. Padahal akhir bulan Agustus, kami punya rencana berkumpul dengan keluarga mertua untuk munggah puasa. 

Karena radang tenggorokan ini diikuti demam, terpaksalah aku tinggal di rumah. Suamiku membawa ke dua anakku berkumpul dengan keluarga besarnya. Sungguh tidak menyenangkan seorang diri dalam keadaan sakit. Namun tidak ada pilihan ya jadi harus di jalani.

Menjelang malam, suami dan kedua anakku pulang. Aduh senangnya melihat mereka. Padahal tiap hari dengan aktivitas sekolah dan kantor, aku bertemu mereka juga hanya beberapa jam dalam sehari. Namun kepergian mereka kemarin sungguh membuatku kesepian. 

Setelah kedua anakku membersihkan diri, mereka naik ke tempat tidur menemaniku. Bas, berinisiatif memijit kaki dan tanganku, sedangkan Van menghiburku dengan ceritanya. Aku bertanya, siapa saja yang hadir, apa yang mereka lakukan. Van, bagaikan seorang reporter, melaporkan secara detil, siapa-siapa saja yang hadir. Juga apa yang mereka makan atau lakukan.
Akhirnya lelah bercerita, kantukpun datang menggoda. Van masih dengan kebiasaan lamanya memegang sebagian rambutku, lalu dipilin-pilin dengan jemari mungilnya. Tiba-tiba ia bertanya. :”Ma, apa sih artinya jangan di tanya?”. Aku agak terkejut dan bingung. “Maksudnya apa Van?” balasku balik bertanya.

“Misalnya gini, ada yang tanya. Vanessa kalau tidur masih pegang rambut?” terus papa menjawab: Hmmm jangan di tanya!”

Kontak tawaku meledak. Aku yang memunggungi Van langsung berbalik dan memeluknya. Tawaku masih penuh, ketika Van dengan suara polosnya kembali bertanya” Kok mama tertawa?” Aku terdiam dan merenung. Sesaat aku menatap wajahnya yang penuh tanda tanya. Geli rasanya hati ini.

“Van, jawaban papa “Jangan di tanya!” Sebenarnya hanya kiasan atau perumpamaan. Mama susah menjelaskan karena Van belum belajar. Tapi lebih kurang maksud jawaban “Jangan ditanya”, artinya Vanessa memang masih pegang rambut kalau mau tidur. Jadi tidak usah di tanya karena jawabannya ya masih!”

Aku tidak tahu, Van mengerti atau tambah bingung karena ia hanya diam dan seperti berpikir. Tiba-tiba ia berkata: “Kalau ada yang tanya “mama masih suka spaghety?” maka aku jawabnya hmm jangan di tanya!”

“Tepat. Persis seperti itu!” Jawabku. Aku senang karena lebih kurang Van memahami penjelasanku. Lalu Van melanjutkan lagi. :”Kakak Bas masih sering main Play Station?” hmmmm jangan ditanya!” Ujarnya lagi. Kamipun tergelak-gelak bersama. Malam makin larut, Bas sudah terlelap, mata Vanpun mulai terpejam walau masih nampak senyum di sudut bibirnya.

Aku mencium keduanya, di telinga Van ku bisikkan “Selamat tidur cantik! Kamu tambah ilmu baru hari ini!” Wajah-wajah polos tertidur dalam damai, mereka telah melewati satu hari dengan bersilahturahmi, bermain dan belajar. Semoga menambah wawasan kehidupan kalian, nak! (Icha, 4 Sept 2008)