Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Sunday, February 24, 2013

Anak-anakku Jacko Mania




Sebagai ibu, istri dan perempuan pekerja, waktuku sebagian besar tersita untuk urusan pekerjaanMulai bangun pukul 04.30, mempersiapkan keperluan anak dan suami. Termasuk masak untuk sarapan dan bekal mereka. Aku berangkat pk. 7.30 sampai rumah kembali sekitar pk. 19.00. Nyaris setengah hari di luar rumah untuk urusan pekerjaan. Dan biasanya kalau sudah pulang, bersih-bersih diri, istirahat sambil ngobrol dengan Bas dan Van juga Papanya, lalau menyiapkan makan malam.

Pokoknya lewat pk. 21.00 aku nyaris kehabisan energi. Mau menulis? Begitu banyak yang ingin di tulis. Tapi kalau aku mengikuti keinginanku menulis, aku mengabaikan rasa lelah dan anak-anak terutama si kecil Van. Yang menjelang tidur masih memerlukan aku. Selain itu terkadang kalau Van sudah tidur, aku masih harus mengintip komputer untuk mengevaluasi kerjaan. Biasanya pukul 22. 15 mataku benar-benar mulai sulit di buka. Dan jadwal itu berputar 5 hari. Sabtu dan Minggu agak lumayan bisa bangun lewat dari pukul 7. Karena di jam-jam itu kedua anakku sudah pasti minta susu atau sarapan.

Menulis bagiku adalah salah satu wujud kesenangan maka aku mengalahkan kesenanganku itu dengan merelakan diri bersenda gurau atau ngobrol dengan Bas dan Van menjelang mereka tidur. Dan biasanyapun aku ikut tertidur. Esok pagi, pk. 4.30 aku sudah harus bangun. Pendek kata agak sulit menyisihkan waktu untuk menulis.

Sebenarnya bukan aku mengabaikan menulis. Kadang tulisanku hanya tertuang sebagai catatan harian tanpa sempat aku postingkan di milis atau di blog. Sekarang aku mau sedikit bercerita mengenai dua malaikat kecilku Bas dan Van.

Kematian tragis King of Pop Michael “Jacko” Jackson turut menjadi perhatian Bas dan Van. Ini tak lepas dari peran media yang hingga lebih dari seminggu pemakaman Jacko, beritanya masih mewarnai televisi. Papanya anak-anak yang juga penggemar musik, banyak bercerita pada Bas dan Van melengkapi berita seputar Jacko. Soalnya saat Jacko mengguncang dunia, aku dan suami masih duduk di SMA. (Waktu itu belum saling mengenal) Bahkan Papanya anak-anak mampu menyanyikan syair lagu-lagu Jacko dengan baik.

Saat menjelang tidur, Van dan Bas dengan antusias menceritakan kembali apa yang didengar dari tv maupun dari Papanya. Mereka berdua mampu bercerita seakan mereka yang berada di situasi saat Jacko mendunia. Ah dasar anak-anak. Jiwa dan pikiran mereka memang seperti spon, yang dengan cepat menyerap hal-hal baru, apalagi kalau mereka suka.

Keduanya memang sangat menyukai musik. Buatku hal itu menyenangkan saja. Hampir sepanjang kegiatan mereka, aku melihat mereka selalu bersenandung. Bagiku sebagai satu pertanda perasaan mereka nyaman. Karena tidak ada seorangpun kalau susah hati atau tidak nyaman lalu bersenandung. Selain itu aku juga suka melihat mereka mengganti syair seiring dengan kegiatan yang mereka lakukan. Aku tahu untuk yang satu itu mereka meniru aku.

Saat Bas dan Van masih balita. Jika aku membawa mereka untuk menyikat gigi, aku selalu bernyanyi dari lagu “Kakak Mia” yang syairnya aku ganti. 
Wahai kuman…wahai kuman
Jangan suka kamu sembunyi.
Itu yang gendut yang warna hitam
Ayo keluar dari gigiku.

Kerap kali aku melihat kalau Bas dan Van sedang bercanda, mereka berbalas syair dengan mengganti syair semau-mau mereka. Kadang mereka cemberut kalau syairnya tidak bagus tapi sering juga mereka tertawa tergelak-gelak. Itu juga tanda yang meyakinkan aku, mereka berbahagia.

Lebih dari 2 jam mereka bisa asik mengulang-ulang nonton VCD Michael Jackson. Dan sesekali mengikuti gaya Jacko menari. Aku sempat geli ketika ngobrol dengan apanya anak-anak.

“Pa,,,edan juga si Jacko bisa lentur begitu menarinya!”
“Itu karena dia menekuninya dengan serius!’ Jawab suamiku
“Mungkin juga karena berkulit hitam kali….kan disana AfroAmerica memang pandai menari semua!” ujarku lagi
“Ya, enggaklah, Jacko berlatih sudah sejak usia 5 tahun, ma!’ bantah suamiku. Tiba-tiba Van angkat bicara.
“Iya ma, Jacko itu seperti aku, sejak 5 tahun sudah berlatih menari!’ Ujar Van serius.
Aku menahan senyum sambil bertukar pandang dengan suamiku. Jujur, geli benar mendengar Van berkata demikian. Saat itu lagu Heal the world berkumandang. Kembali Van berkomentar.
“Ini lagu aku suka banget. Suara piano dan gitarnya membuatku nyaman. Jacko menyanyikannya juga bagus banget!” Ujar Van . Aku jadi serius mendengarkan, apa iya piano dan gitarnya terdengar nyata? Bagiku musiknya gabungan tapi memang Heal The world terasa menyihir pendengarnya.

Usai lagu itu, Papanya anak-anak menterjemahkan syair Heal the world dan sedikit latar belakang mengapa lagu itu tercipta. Bas dan Van terdiam. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan namun aku tahu ada sesuatu yang mereka tangkap dan pahami. Ya, dari seorang King of Pop Michael Jackson banyak yang bisa kita pelajari. Pesannya lewat karya musiknya patut kita tiru. Hidupnya didedikasikan untuk musik dengan membawa pesan perdamaian.

Musik memang bahasa yang universal. Warna kulit boleh berbeda, warna rambut boleh berbeda tapi musik perdamaian mampu menembus semua dinding perbedaan untuk wujudkan dunia menyadi tempat yang lebih baik untuk aku dan kamu..! 14 Juli 2009. Icha Koraag (Di sela-sela makan siang)

Saturday, February 23, 2013

DISIPLIN KUNCI MENGATASI MASALAH SULIT MAKAN PADA ANAK



Sulit makan pada anak adalah salah satu masalah yang selalu dialami para orang tua, termasuk saya. Saya memiliki dua anak, Si Sulung laki-laki kini sudah berusia 12 tahun dan Si Bungsu perempuan kini berusia 9 tahun. Saya menghadapi masalah sulit makan pada Si Sulung.  Entah benar atau tidak, apakah karena Si Sulung anak pertama, membuat saya dan suami “over protective?”, apalagi ia hadir di tengah kami setelah penantian empat tahun. 

Secara umum, Si Sulung bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya. Bahkan berat badannya bertambah secara signifikan. Usianya belum lagi 6 bulan tapi berat badannya sudah 8 kg. Sejak usia 6 bulan saya sudah memperkenalkan Makanan Pendamping ASI berupa buah-buahan. Lalu dilanjutkan dengan makanan padat yang agak kasar, ketika giginya mulai tumbuh.

Tapi ketika usianya dua tahun, dimana giginyanya sudah penuh, ia tetap tidak mau makan makanan kasar. Setiap ada sesuatu yang kasar maka akan dibuangnya.  Akibatnya karena takut kebutuhan gizinya tidak mencukupi, saya tetap memberikan Si Sulung beragam makanan tapi semuanya dihaluskan. Begitu banyak pendapat orang disekeliling saya yang mengatakan itu tak baik, membuat saya berpikir bagaimana caranya mengubah kebiasaan makan Si Sulung. Sempat juga terpikir memberikan suplemen tambahan, semacam penambah nafsu makan. Tapi yang seperti apa? Sambil mencari berbagi informasi, saya terus mencoba memberikan makan dengan berbagai usaha.

Hal yang sangat saya khawatrkan sebagai seorang ibu, adalah jika kebutuan gizi anak tak terpenuhi maka akan berdampak pada perkembangan otak dan fisik. Tentu saya tidak mau hal itu terjadi pada anak saya.
 
Satu ketika, saya memberinya makan berupa nasi lembek dengan semur daging cincang yang dicampur dengan kentang dan jamur kancing yang dipotong kecil-kecil. Sendok pertama diterima dengan lahap, tapi begitu menyentuh lidahnya, sesaat diisapnya tapi kemudian di buang. 

Orangtua mana yang tidak mengkhawatirkan kondisi anak jika apa yang dimakan hanya diisap lalu di buang? Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak adalah syarat mutlak untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Bukan sekedar agar si anak sehat tapi juga membuat anak menjadi lebih  cerdas.

Mulaya saya memberi makan Si Sulung di mana saja di rumah sambil bermain atau menonton tv. Tapi saya membaca sebuah artikel di majalah bersegmen ibu dan anak dimana salah satu artikelnya ada ulasan psikholog perkembangan anak, yang tidak menyarankan memberi anak makan sambil bermain-main. Sejak dini anak sudah harus diajarkan disiplin.  Saat makan ya harus makan dan saat main ya silakan main. Anak harus dibiasakan memahami jam-jam kegiatannya. 

Maka saya mencoba menerapkannya. Saat memberinya makan, saya mendudukkan Si Sulung di kursi di meja makan. Sambil bercerita dengan menggunakan peragaan beberapa ekor boneka binatang. Ia menyimak dengan serius cerita saya dan sesekali tangannya memegang/mengusap boneka binatang. Mulutnya tetap mengunyah makanan yang saya berikan. Padahal makan tersebut tidak saya haluskan.

Dan saya mencatat kala itu Si Sulung memecahkan rekor waktu makan. Biasanya antara 45 menit sampai 60 menit. Kali ini hanya 20 menit, sepiring nasi plus lauk dan sayur habis dimakannya. Begitupun keesokan harinya. Saya memberikan menu yang berbeda dan tetap kasar. Masih dengan bercerita dan boneka binatang. Kali ini habis dalam waktu 25 menit. Hari-hari selanjutnya tetap tidak lebih dai 30 menit. Selain durasi waktu makan yang lebih singkat, Si Sulung juga bisa makan makanan yang kasar dan menerima semua variasi menu makan yang saya buat.

Pemberian aneka jenis makanan dan beragam cara olahan makanannya, membuat saya menemukan makanan kesukaannya. Si Sulung sangat menyukai sup sayur-sayuran. Campuran kaldu ayam dan ayam giling dengan wortel, buncis, kembang kol dan kol. Makanan ini tetap disukainya hingga sekarang diusianya 12 tahun. Dari pengalaman tersebut saya mendapatkan banyak pelajaran.


 Berikut Tips pintar untuk anda:

1.     Biasakan memberi makan anak pada jam yang sama
2.     Berikan anak makan sesuai tempatnya (di meja makan)
3.     Gunakan bercerita sebagai pengalih perhatian dari apa yang di makan
4. Gunakan bercerita sebagai media penyampain pesan jenis-jenis makanan dan manfaatnya.
(Mungkin mulanya anak tidak paham mengingat usia belum 3 tahun tapi itu tertanam dalam ingatannya untuk jangka waktu yang lama)
5.     Berikan makan anak dengan porsi yang cukup.
(Kecenderungan ibu/orang tua memberi makan banyak pada anak ketika melihat si anak lahap/menyukai apa yang dimakannya)
6.     Variasi/ragam makanan baik jenis dan beragam bentuk olahan memberikan pilihan rasa pada anak, sehingga anak tidak bosan.

Di usia anak-anak yang semakin aktif (9 dan 12) selain menu makan yang makin bervariasi, saya tetap memberikan sevenseas satu sendok makan seusasi sarapan pagi. Saya percaya tetap diperlukan tambahan multivitamin agar kebutuhan gizinya terpenuhi, sesuai kebutuhan di usai mereka. Sehingga pertumbuhan otak dan fisiknya bisa optimal.