Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Wednesday, July 29, 2015

Tips Mengatasi Anak dengan Sifat Tantrum



Pertanyaan ini muncul ketika seorang kawan bertanya, bagaimana cara menghadapi anak yang ngamuk jika kehendaknya tidak dituruti? Pertanyaan sederhana tapi jawabannya tidak sesederhana pertanyaannya. Mengamuk saat kehendaknya tidak diturut dalam ilmu psikologi desbut Temper Tantrum.

Anak mengamuk tidak terjadi secara mendadak. Pasti ada sebab yang menjadikannya seperti itu. Mula yang sederhana biasanya karena anak tidak diperhatikan. Bisa jadi saat anak memerlukan bantuan/jawaban dari orng tua, tapi orangtua mengabaikannya.

Self defence. Kawan saya langsung mengatakan: "Saya selalu perhatiaan loh". Padahal, sering saya melihat, jika kawan saya sedang mengobrol dengan kawan, panggilan anaknya (Laki-laki berusia 3 tahun) lewat colekan di tangan atau tarikan di baju ibunya, tidak dipedulikan. Kawan saya sesekali mengatakan : Sabar ya sayang, Ibu sedang bicara.

Saya memang mengajarkan kepada kedua anak saya sejak mereka kecil, mereka tidak boleh memotong jika orangtuanya sedang bicara. Mereka harus menunggu saya berhenti bicara baru meeka boleh bicara. Lah kalau saya sedang bicara dan anak saya juga bicara siapa yang mendengar? Bukankah kita harus bicara secara bergantian agar yang dibicarakan bisa didengar?

Jika konteks saya sedang berbicara dengan orang lain, anak-anakpun harus menunggu saya berhenti bicara. Biasanya saya akan ijin dengan lawan bicara saya untuk menanggapi panggilan/ajakan bicara kedua anak saya. Saya tidak akan mengabaikan mereka. Sejak kecil, tidak penting kita berbicara mencintai anak atau menyayangi anak, kalau pada kenyataannya kita tidak bersendau gurau, bermain, bahkan berpelukan dan saling mencium. Ungkapan cinta dan sayang memang penting agar anak tahu, kita mengasihi mereka tapi lebih penting jika kitapun melakukan dalam situasi yang nyata.  Untuk apa kita selalu mengucapkan, Mama saya adik, Mama saya kakak tapi hanya lewat telpon?

Awal tantrum seorang anak ada 2 hal. Selalu diperhatikan atau selalu di acuhkan. Keduanya ektrim. Karena selalu diperhatikan, maka ketika sekali waktu diabaikan, anak akan mengamuk sejadi-jadinya. Sebaliknya anak yang iasa diabaikan menjadi tantrum karena itu upaya kerja kerasnya untuk menarik perhatian. Inti dari anak tantrum adalah MENCARI PERHATIAN.

Maka menghindari atau menjauhkan anak dari sifat tantrum, ya berikan PERHATIAN.
Lalu bagaimana kalau tantrumnya sudah pecah? Atasi. Caranya?

1. Pastikan anak tidak dalam kondisi membahayakan diri.
    (Berguling-guling di jalan raya, kalau di mall/supermarket, awasi daja)

2. Perhatikan sekilas, untuk memastikan sikap anak tidak menarik perhatian anda.

3. Jika tantrumnya reda, dekati anak, usap, peluk dan cium. Jika anak meronta, ucapkan perlahan:         Mama/Ibu/Ayah/Papa, sayang sama ....(sebutkan namanya). Mari dekat sini, peluk Mama/Ibu.           Ayah atau Papa. (Percaya deh anak tidak akan menolak, uluran tangan orang tua

4. Usap airmatanya, dekap di dada dan bisikan kata-kata manis membujuk. Katakan kalau .....
    (sebutkan namanya) mau sesuatu bukan begitu cara memintanya. Ucapkan dengan baik, itupun
    belum tentu dikasih. Apalagi kalau sesuatu yang tidak penting.

5. Mengatakan/menjelaskan kemungkinan anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah
    bagian mengajarkan anak untuk mengenal rasa kecewa.

6. JIka dilakukan dengan konsisten, anak akan paham, strateginya dengan mengemukakan sifat
    tantrum tidak membuatnya mendapatkan apa yang diinginkan.

Selain sifat asih, asah dan asuh, orangtua harus tegas bukan galak. Tegas dan konsisiten akan melatih anak menjadi disiplin. Setiap hal, disampaikan dengan komunikasi yang baik. Komunikasi yang terbuka akan membantu saling pengertian antara anak dan orangtua. Karena kegagalan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua akan menghasilkan kendala yang lebih besar di masa depan.

Persoalan yang bisa diselesaikan saat ini, selesaikanlah. Jangan biarkan menjadi bibit akar pahit. Yang akan menjadi luka batin di masa depan. Ketegasan dan konsistensi atas sikap dan prilaku orangtua dalam membimbing dan mengarahkan anak, akan menjadikan anak tangguh dan luwes. Tangguh dalam menghadapi kekecewaan tapi luwes dalam pergaulan. Semoga tips yang saya rangkum dalam mengasuh kedua anak saya bisa bermanfaat.


3 comments:

Lidya Fitrian said...

terima kasih sharingnya ya mami icha

Prananingrum said...

anak sy yg pertama dulu juga suka tantrum mbak gara2 punya adik baru tiap malam pasti nangis tanpa sebab dan susah didiemin..salam kenal mb

Sarrah Ghina said...

Tantrum hebat belum pernah. Nah ini nih penting, harus bisa tegas dan konsisten tapi nggak galak. Hehe. Makasih sharingnya Mba^^