Berada di sekolah Bas dan Van, selalu kumanfaatkan untuk bersosialisasi dengan orang tua dari teman-teman Bas dan Van. Ada juga teman-teman Bas dan Van yang hanya diantara Mbaknya. Bukan aku mau menyombong atau GR-gede rasa. Hampir semua termasuk ibu guru Van semua memuji Bas sebagai kakak yang sangat perhatian pada adiknya dan Van yang sangat mandiri.
Mendengar pujian mereka jelas aku senang. Sungguh di luar dugaanku adalah pujian untuk Bas sebagai kakak yang sangat perhatian dengan Van. Padahal, kalau di rumah mereka berdua persis Tom & Jerry. Sejenak berteman tapi kemudian sudah bertengkar. Mulai dari bertengkar mulut sampai akhirnya saling memukul.
Eh di sekolah, Bas dan Van di puji sebagai kakak dan adik yang paling kompak. Sampai ada seorang ibu yang berkomentar "Pasti di rumah rukun terus yah, bu!" Aku hanya senyum-senyum. Eh ada lagi yang bertanya,
"Apa sih yang diterapkan di rumah?" tanya mama Nico
"Aku tidak punya resep khusus, cuma membiasakan mereka menyelesaikan persoalan sendiri, sebelum aku atau papanya turun tangan" Jawabku.
"Tapi suka berantem juga, bu?" tanya mama Justin
"Ya, namanya anak, pasti adalah berantemnya. Van itu jauh lebih keras sebetulnya dibanding Bas. Bas selalu mengalah. Mungkin merasa sebagai kakak" Jawabku lagi.
"Senang ya, bu kalau anaknya selalu rukun!" Tambah Mama Chaca.
"Puji Tuhan!" Jawabku.
Dari jauh ku lihat Bas datang mendekati kelas Van. Saat Bas jam istirahat bertepatan dengan jam bubar kelas Van. Di muka kelas Van, Bas menunggu. Di sekolah ini, dinding kelas sangat tinggi, sehingga jangankan murid, aku saja agak kesulitan kalau mau melihat ke dalam kelas.
Menurut pihak sekolah ini strategi menjaga konsentrasi belajar anak. Dengan dinding kelas yang tinggi baik murid yang di dalam kelas atau orang di luar kelas tidak bisa saling melihat. Ku lihat Van keluar, langsung di peluk Bas. Bas langsung menggandeng dan mengantarnya ke hadapanku.
"Van, pulang dan istirahat yah. Kakak masih sekolah!" Ujar Bas pada Van. Van mengangguk sambil sibuk membuka botol minum. Ada rasa bangga di dadaku, melihat Bas dan Van begitu perhatian dan rukun. Berdasarkan pengamatanku di rumah, Bas memang sangat melindungi Van, walau sesekali suka kesal juga apalagi kalau sedang main Play Station dan diganggu Van.
Tapi sejak papanya mengajarkan Van bermain PS, kini keduanya bisa bermain dengan rukun. Aku jadi teringat pesan seorang psikolog anak. Jika anda mempunyai anak lebih dari satu dengan jarak umur yang tidak jauh berbeda, biasakanlah memberikan satu jenis permainan. Latihlah dan ajarkan anak bermain bersama. Selain menimbulkan rasa kebersamaan karena bermain bersama, anak juga dilatih untuk bertenggang rasa dan mengalah.
Ternyata aku berhasil menerapkan pesan tersebut. Sebelumnya aku agak membedakan mainan mereka. Dengan pertimbangan kalau masing-masing punya mainan tidak akan saling mengganggu. Kenyataannya kedua anakku lebih suka bermain dengan orang ketimbang dengan mainan. Jadi walau ada lego atau PS sekalipun, namun jika ada orang lain Bas dan Van akan melibatkan orang lain.
Dan kini, walau baru setitik kecil, aku mulai menuai hasil. Bas dan Van menunjukan prilaku yang baik dan menyenangkanku. Sebagai orang tua tentu aku sangat bersyukur. Aku bertekad untuk terus melatih disiplin dan pengenalan akan aturan agar prilaku kedua anakku kelak sungguh-sungguh bisa menjadi kebanggaan dan panutan banyak orang.
Bas, Van, mama bangga pada kalian. (Icha Koraag, 16 januari 2007)
No comments:
Post a Comment