Kalimat judul di atas pasti sudah sering anda dengar. Bahkan mungkin anda sendiri sering mengatakan baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Coba perhatikan, kalimat yang terdiri dari empat suku kata di atas sangat sederhana tapi makna yang dikandungnya sungguh luar biasa
Kalau anda pernah mengucapkan kalimat ”Ayo, kamu pasti bisa!”, siapapun orang yang anda tuju, pasti anda menyayangi orang tersebut. Tidak mungkin anda mengucapkan atau menyerukan kalimat itu pada lawan atau saingan anda.
Ya, karena rasa sayang mampu membuat kita menginginkan orang yang kita sayangi mendapatkan yang terbaik. Ini baru hari ke empat di tahun 2007. Aku percaya anda pasti sudah melakukan refleksi kehidupan tahun lalu dan menyusun rencana tahun ini.
Coba anda intip catatan anda, apa yang anda rencanakan dengan orang-orang yang anda sayangi. Setiap kita menyusun rencana kadang kita lupa menyertakan orang-orang yang kita sayangi dalam rencana kita. Memang tidak salah tapi juga tidak ada salahnya kalau anda menyertaan orang-orang yang anda sayangi dalam rencana anda.
Demikian juga denganku. Aku menyusun beberapa rencana, diantaranya untuk anak-anakku. Menyangkut urusan anak-anak dan keluarga maka mereka perlu aku libatkan. Pertama-tama aku bicara dengan suami mengenai rencana kelurga kami. Percaya atau tidak, berdiskusi dalam penyusunan rencana bisa menjadi sangat mengasyikan kalau kita mau menyamakan persepsi.
Liburan ahir tahun kemarin, aku menyususun beberapa rencana baik untuk keluarga maupun untuk pribadi. Untuk perencanaan pribadi aku juga melibatkan suamiku karena aku memerlukan dorongan dan pengertian dia dalam mewujudkan rencana pribadiku. Demikian juga diriku diperlukan untuk mewujudkan rencana pribadi suamiku. Pengertian dan toleransi adalah dua hal yang kami jadikan kunci tahun ini untuk mewujudkan rencana.
Yang berikutnya menyangkut rencana dan target adalah untuk Bas dan Van. Dari hasil pertemuan dengan wali kelas Bas saat pengambilan raport mid semester. Bas mendapat hasil yang cukup memuaskan. Namun catatan yang diberikan untuk kami sebagai orang tuanya adalah melatih konsentrasi. Bastiaan masih kesulitan dalam hal berkonsentrasi.
Kami sangat menyadari, Bastiaan agak sulit jika mengerjaan dua hal secara bersamaan. Misalnya makan sambil menonton televisi. Memang dari opini beberapa pakar psikologi yang ku baca, sangat tidak disarankan makan sambil menonton tv. Maka rencana untuk Bastiaan adalah membiasakan makan tanpa menonton tv.
Secara keseluruhan raportnya baik, artinya Bastiaan sudah mengikuti pelajaran dengan baik. Walaupun untuk ketrampilan Sempoa, aku dan papanya harus membimbingnya dalam berlatih juga pengucapan dalam bahasa Inggris.
Sedangkan Vanessa, hampir semua di nilai bagus. Baik pengucapan bahasa Indonesia dan dalam bahasa Inggris, memberi salam, berdoa, berkawan, berbagi, bercerita, berhitung, mengenal warna semua nyaris sempurna. Terus terang kadang-kadang aku merasa Vanessa jauh lebih tua dari usianya. Tutur kalimat yang digunakan dalam percakapan sehari-har juga melebihi kemampuan anak se usianya. Untuk itu aku dan papanya bersyukur, Cuma kadang-kadang kami merasa kehilangan balita kami.
Untuk Vanessa kami merencanakan mendaftarkan pada sebuah sanggar menari. Kebetulan tak jauh dari rumah di buka sebuah sanggar tari. Berlatihnya seminggu dua kali setiap Rabu dan Sabtu. Karena ku tahu Vanessa atau barangkali anak perempuan seusianya memang senang menari dan bernyanyi maka aku mencoba memfaslitasinya.
Aku dan Frisch sepakat menggunakan kalimat ”Ayo kamu pasti bisa!” sebagai kalimat pendorong semangat tahun 2007. Kami sepakat akan menggunaan kalimat tersebut dalam setiap kesempatan di sepanjang tahun, bukan sekedar memotivasi Bas dan Van, berharap itu juga bisa memotivasi aku dan keluargaku untuk mengisi target tahun 2007.
Dalam salah satu artikel mengenai parenting yang kubaca, memberi pujian positif bagi anak sangat berarti dan menanamkan kesadaran dalam diri anak mengenai kemampuan dirinya. Jika sering-sering diberikan pujian positif selain memacu rasa percaya diri, anak juga menjadi lebih menghargai sesama.
Sebagai orang tua kita pasti selalu ingin yang terbaik bagi keluarga kita khususnya anak-anak kita. Sebagai orang tua, aku tidak ingin menjadikan Bastiaan dan Vanessa menjadi anak yang super tapi aku hanya ingin Bastiaan dan Vanessa menjadi anak yang supel. Beda tipis R dan L (Super dan Supel). Yang tahu kemampuan diri, berbahagia, sehat menghormati orang tua, takut akan hukum Tuhan dan bisa menjadi panutan. Semoga! ( Icha Koraag, 4 Januari 2007)
No comments:
Post a Comment