Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Thursday, June 22, 2006

Mama Jangan Pergi Kerja!



Dua hari kemarin aku cuti karena harus mengurus sekolahnya Bastiaan dan Vanessa. Jadi dua hari Vanessa dan Bastiaan bersamaku. Pagi tadi ketika bersiap-siap untuk kekantor, Vanessa yang emang sedang tidak sehat (Batuk dan pilek) melarangku pergi kerja. Rengekannya sangat memelas."Mama jangan pergi kerja!" Katanya. Aku berusha menjelaskan, kan kemarin dua hari mama sudah tidak bekerja. Jadi hari ini, Vanessa dan Bastiaan dengan Bu De Dar.

Penjelasanku bukan meredakan malah memperkeras suara tangisnya. "Kemarin aku kan sama mama, sekarang aku sama mama lagi" Ratapnya. Kaki ini sangat berat untuk melangkah. Aku mendekati dan memeluknya sambil menghibur."Cantikku, cinta mama. Kan tadi malam kita sudah cerita-cerita kalau mama harus kerja. Nanti Vanessa besar, Vanessa juga kerja seperti mama. Vanessa mau jadi apa nanti, sayang?" Tanyaku sambil tetap memeluknya. Tangisnya mereda,aku membersit hidungnya dengan sapu tangan. Dia menatapku dengan sepasang bola matanya yang besar. Masih ada sisa-sisa air mata disana tapi sudah lebih hidup.

"Aku mau jadi dokter mama", katanya. Oh kayak dr. Jelita ya Nak? Tanyaku. Kemarin kami memang baru bertemu dengan adikku yang dokter Nama sebenarnya Isabella tapi entah mengapa semua keponakan merubah panggilannya dengan Jelita. Kemarin si dr. Jelita memang memelikan Vanessa satu set mainan dokter-dokteran.

Dari balik kepala Vanessa, aku minta suamiku untuk bergegas sebelum tangis Vanessa pecah lagi. "Mainannya di bawa ke Bu De?" tanyaku pelan-pelan. Vanessa mengangguk. Mari mama masukkan dalam tas mu. Vanessa turun dari pelukkanku dan memberikan tas ransel kecil warna pink miliknya. "Nanti malam kita periksa papa, kalau papa sakit yah" Kataku sambil tetap membereskan mainnanya dan memasukan ke tas.

Tiba-tiba Vanessa berkata yang bagiku terdengar sangat menyentuh. "Kenapa mama tidak tinggal saja sama aku? Aku mau sama Mama". Aku berusaha untuk menahan air mata. ada perasaan tidak enak mengusik hati ini.

"Cantikku cinta mama. Mama tetap akan selalu bersama Vanessa tapi sekarang Vanessa sama Bu De dulu". Belum lagi aku melanjutkan, Vanessa sudah memotong.

"Kenapa mama tidak memasak saja?" 
" Masak apa sayang?" tanyaku heran.
"Masak masakan aku, nanti aku makan". Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku hanya bisa memeluk dan menggendongnya. Aku tetap harus berangkat kerja.

Kali ini Vanesa tidak menangis lagi. Aku hanya bisa berdoa, Tuhan mampukan aku melewati hari-hari ini. Masih panjang jalan yang harus kulalui sampai akhirnya aku bisa bersama vanessa setiap waktu. Aku hanya bisa berpesan pada Bastiaan untuk menjaga adiknya sampai aku dan papanya pulang. Bastiaan mengangguk dan melepaskan kepergian dengan sebuah ciuman di pipi.

Komunikasi dengan anak adalah salah satu yang menjadi perhatian utamaku. Sehingga sebisa mungkin aku selalu melakukan komunikasi. Walau terkadang ada perasaan mengganggu. Apalagi jika aku tiak mampu memenuhi harapan atau keinginan mereka.

No comments: