Dalam tumbuh kembang balita, ada satu tahapan di mana balita kita akan selalu mengatakan tidak. Aku dan suamiku sempat dibuat kesal dengan situasi semacam ini. Terjadi pada saat Bas berumur sekitar tiga tahunan. Dan kini terulang lagi pada adiknya, Vanessa.
Jika aku berkata yang berkesan meminta Bas melakukan sesuatu, Bas selalu menjawab tidak mau!
”Bas, sekarang kita makan yah!” ajakku saat tiba waktunya untuk makan
”Tidak mau!” jawab Bas
” Loh mengapa tidak mau? Memang Bas tidak lapar?” tanyaku heran,
” Pokoknya tidak mau!” tegas Bas
Mulanya aku berpikir, apa makananya yang tidak disukai atau kegiatan makannya yang tidak menyenangkan Bas. Aku harus mencari strategi lain karena tidak mungkin aku memenuhi keinginan Bas untuk tidak mau makan.
Aku sempat bertukar pengalaman dengan sesama kawan yang mempunyai anak seusia Bas. Ternyata mereka menghadapi problem yang sama. Si anak bukan saja menolak makan tapi juga menolak untuk mandi. Bahkan seorang temanku sampai mengunakan kalimat terbalik untuk mengatasinya, misalnya mengajak makan maka ia akan berkata ”Adik tidak mau makan kan?” Menurut temanku, cara itu agak lumayan karena si anak tidak jadi menjawab.
Aku mencoba strategi dengan melakuan penawaran pada Bas.
”Bas, kalau Bas makan, habis makan, boleh makan ice cream!” bujukku
”Tidak mau!” jawab Bas dengan tidak menolehkan wajahnya dari pesawat tv.
”Kalau tidak makan, kan bisa sakit loh” ujarku lagi
”Aku tidak mau makan!” jawab Bas acuh.
Aku mulai jengkel. Ku matikan pesawat tv dan duduk di hadapan Bas.
”Mengapa tidak mau makan? Ini makanan kesukaan Bas” bujukku pelan walau menahan kesal. Bas tidak menjawab hanya matanya menjadi suram. Ada air mata yang akan keluar di sudut matanya. Aku bertahan untuk tidak jatuh kasihan. Walau sebetulnya perasaanku campur aduk.
Ku peluk Bas dan ku dudukkan di pangkuanku lalu aku mengajaknya berdoa makan. Dengan suara terisak-isak Bas mengikutiku. Usai berdoa ku suapkan sesendok makanan ke mulutnya. Bas tidak menolak. Maka ku nyalakan kembali pesawat televisi. Mendung diwajah Bas pun berganti cerah.
Aku mencari informasi seputar pertumbuhan dan perkembangan balita dari buku-buku dan catatan parenting yang ku miliki. Aku sempat lebih dari lima tahun menjadi host acara Pesona Buah Hati yaitu sebuah program konsultasi pertumbuhan dan perkembangan balita di radio Pesona FM dengan menghadirkan psikolog perkembangan anak.
Dan aku menemukan apa yang ku cari. Dalam catatanku tertulis ”Pada usia antara 2 sampai 4 tahun ada tahapan dimana anak akan bersikap tidak kooperatif. Masa ini dikenal dengan istilah negativistik. Dimana suatu masa balita yang mulai mengenal konsep ke”aku”an, berusaha menunjukan keberadaanya dengan bersikap negatif yaitu selalu menolak.
Aha, kini aku paham, bukan maksud anak membangkang ketika menjawab ”Tidak mau!” Tapi bagian dari proses pertumbuhan dan perkebangan si anak. Aku mencoba lebih bersabar menghadapi Bas. Karena sebenarnya walau jawaban Bas ”tidak mau”, Bas tetap melakukan. Misalnya sewaktu Bas menjawab tidak mau saat ku ajak makan, kenyataannya Bas tidak menolak saat kusuapkan makanan ke mulutnya.
Aku jadi memahami, saatnya Bas makan ia tidak menolak karena siklus tubuhnya memerlukan makan. Tapi untuk menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan jiwanya, Bas akan menjawab ”tidak mau!” Itu adalah masa yang memang harus di lalui dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak.
Sebagai orang tua, aku mencoba memahami dan bersikap hati-hati. Karena jika aku tidak hati-hati, pertumbuhan dan perkembangan anakpun bisa menjadi salah. Ketika anak menjawab ”tidak mau” dan kita mengikuti walau dalam situasi yang seharusnya tidak kita ikuti, kemungkinan besar anak memang akan tumbuh menjadi anak yang selalu membangkang.
Agar hal semacam itu bisa dihindari, sebagai orang tua perlu bersikap hati-hati. Saat anak masih kecil, dimana perawatan dan perhatian orang tua secara penuh sangat diperlukan, kita boleh beranggapan sebagai orang tua lebih tahu aan kebutuhan anaknya. Karena itu kita bisa bertindak dengan sesekali mengabaikan jawaban penolakan anak pada saat-saat tertentu.
Sekarang aku sedang menghadapi hal yang sama pada Van. Cuma bedanya, Van memiliki kemampuan bicara yang baik jadi selalu kami berdebat. Van dengan cerewetnya akan mengatakan banyak hal untuk mendukung penolakannya.
Misalnya: ”Loh kok makan lagi, tadikan sudah makan” padahal aku akan memberinya makan malam. Memang tadi sudah tapi tadi itu kan makan siang. Van tidak menyerah sampai di situ. Van akan melihat makan yang kusajikan di piring dan Van akan protes lagi. Jika di piring adanya ayam goreng dan sayur buncis, Van akan bilang tidak mau karena ia mau telur. Tapi jika di piring tersaji telur, ia akan bilang mau sayur bening dan wortel.
Biasanya, papanya cuma tertawa dan berkata ”Cerewetnya siapa yang di tiru?” Aku pura-pura tidak dengar. Kalau Van banyak membantah dengan kata-kata, aku mengikuti dengan kata-kta juga. Mulailah kami saling adu bicara,
”Oh Van mau telur, bilang dong. Jadikan mama belanjanya telur. Sekarang kita makan ayam goreng dulu, besok mama masak telur. Ok?” ujarku santai
”Tapi aku mau telurnya sekarang. Aku tidak mau ayam goreng!’ ujar Van sambil menutup mulut dengan tangan.
Sambil menahan kesal, aku mengusap dada dan berkata: ”Tuhanku, beri aku kesabaran seluas samudra!” Van diam dan akupun diam. Tak lama, ku mulai lagi mendekati Van.
”Van besok kita belanja yuk” ajakku
”Kemana?” tanya Van antusias
”Enaknya kemana?”
”Giant saja!” jawab Van.
”Ok. Jangan lupa ingatkan mama, untuk beli telur!” ujarku santai
”Ok” jawab Van
”Sekarang kita makan, ok?” tanyaku
”Ok!” jawab Van. Lalu melipat tangan dan berdoa: ”Tuhan berkati makananku, biar menjadi berkat dan tubuhku menjadi sehat. Terima kasih Tuhan. Amin!”
Aku tersenyum, acara makanpun berjalan mulus.
(Icha Koraag, 17 Januari 2007)
4 comments:
ini sama kayak anakku bunda, usianya 2th 8bln, habis pipis ga mau wawik malah loncat ke kasur. kadang ga mau makan, tantrum, tp ini semua membuat saya belajar ttg kesabaran tanpa batas :)
Post a Comment