Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Friday, August 25, 2006

OPAKU PAHLAWAN,

Kedua anaku dengan bangga menunjuk nama opanya
yang diabadikan dalam dinding abadi di TMP Kalibata




















Tepat 17 Agustus, kami tidak jadi ke TMP kalibata untuk nyekar ke makam alm papiku. Soalnya hari itu bertepatan dengan ultah salah seorang keponakanku. tanpa bermaksud tidak menghormati alm, aku cuma berpikir realistis. Ke makam masih bisa besok.

Tanggal 18 pagi, kami sekeluarga ke TMP Kalibata. Aku, bersama Suami, anak-anak dan Mbak langsung ke TMP Kalibata. Ada dua tujuan utamaku ke makam. Pertama memang bermaksud nyekar yang kedua ada hal yang ingin aku tunjuan pada Bastiaan. Sebenarnya sudah beberapa kali anak-anak ke makam opanya tapi waktu itu Bas belum bisa membaca.

Bastiaan adalah nama yang diambil dari nama alm papiku. Aku dan Frisch perlu menunjukan nama tersebut berkaitan dengan pelajaran Kewarganegaraan. Suatu malam aku sedang memeriksa pekerjaan sekolah dan pekerjaan rumah Bas dalam mata pelajaran "Kewarganegaraan".

Bas tengah mempelajari identitas diri. dalam form di buku cetak yang harus dipindahkan ke buku PR-nya ada form nama, alamat, nama ayah, nama ibu, nama saudara, nama teman seolah dan nama teman rumah. Aku terpaku pada penulisan nama Bas. Ia menuliskan Bastian (Dengan satu A) Yang benarnya sesuai akte 2 A yaitu Bastiaan.

Lalu aku menegurnya, kataku: "Kakak, nama kakak ejaannya belum benar"
"Aku mau a nya satu!" Jawab Bas. rupanya dia tahu kemana arah pembicaraanku.
"Yah tidak bisa begitu dong. Nama tidak bisa ganti semaunya". Ujarku lagi
"Tapi kalau a nya dua dipanggilnya Basti-a-an". Ujarnya dengn wajah cemberut.
"Loh kan kita sudah pernah membahas,walau a nya dua dibacanya Bastiaan seperti satu a". Kataku mencoba memperjelas.
"Pokoknya aku mau satu a!" Tegasnya. Emosiku sudah mau naik. Anak kok keras kepala, pikirku. Akhirnya aku mengalah dan memanggil papanya untuk menjelaskan.

Frisch dengan santai menjelaskan asal muasal nama tersebut. "Itu papa yang memberikan nama, yang diambil dari nama opa, papanya mama! Opa Bas seorang tentara, pahlawan dan sekarang sudah di kuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Besok 17 Agustus, kita ke sana. Bas bisa lihat dan baca nama opa. Itu tidak boleh diganti. Opa Bas pahlawan, kalau namanya diganti nanti opa kecewa."

Akhirnya obrolan berkembng ke topik opa yang pahlawan. Dalam hati aku tertawa geli. menjelaskan konsep pahlawan tidaklah mudah. Tapi aku bangga, Frisch dengan sabar mencari kata-kata yang mudah dipahami. karena tidak hanya Bastiaan yang menyimak, Vanessa pun dengan semangat mendengarkan dan sesekali bertanya "Jadi opa kita Pahlawan?"

Di TMP Kalibata, dimana jasad papiku terkubur,
aku duduk terpekur
mengenang sosok alm yang kini tenang tertidur
Buah hatiku ikut larut dalam hening
dari bibirnya, sepotong doa menggelinding
Opa, tidurlah dengan tenang, ujar Bas pelan
Si kecil Van hanya duduk
sepotong harapan mencuat dalam dadaku
semog aku bisa tetap menghidupkan sosok alm opa
dalam ingatan anak-anaku,
walau mereka tak pernah mengenal opanya.

No comments: