Buah Hatiku

Buah Hatiku
Van en Bas

Saturday, February 23, 2013

DISIPLIN KUNCI MENGATASI MASALAH SULIT MAKAN PADA ANAK



Sulit makan pada anak adalah salah satu masalah yang selalu dialami para orang tua, termasuk saya. Saya memiliki dua anak, Si Sulung laki-laki kini sudah berusia 12 tahun dan Si Bungsu perempuan kini berusia 9 tahun. Saya menghadapi masalah sulit makan pada Si Sulung.  Entah benar atau tidak, apakah karena Si Sulung anak pertama, membuat saya dan suami “over protective?”, apalagi ia hadir di tengah kami setelah penantian empat tahun. 

Secara umum, Si Sulung bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya. Bahkan berat badannya bertambah secara signifikan. Usianya belum lagi 6 bulan tapi berat badannya sudah 8 kg. Sejak usia 6 bulan saya sudah memperkenalkan Makanan Pendamping ASI berupa buah-buahan. Lalu dilanjutkan dengan makanan padat yang agak kasar, ketika giginya mulai tumbuh.

Tapi ketika usianya dua tahun, dimana giginyanya sudah penuh, ia tetap tidak mau makan makanan kasar. Setiap ada sesuatu yang kasar maka akan dibuangnya.  Akibatnya karena takut kebutuhan gizinya tidak mencukupi, saya tetap memberikan Si Sulung beragam makanan tapi semuanya dihaluskan. Begitu banyak pendapat orang disekeliling saya yang mengatakan itu tak baik, membuat saya berpikir bagaimana caranya mengubah kebiasaan makan Si Sulung. Sempat juga terpikir memberikan suplemen tambahan, semacam penambah nafsu makan. Tapi yang seperti apa? Sambil mencari berbagi informasi, saya terus mencoba memberikan makan dengan berbagai usaha.

Hal yang sangat saya khawatrkan sebagai seorang ibu, adalah jika kebutuan gizi anak tak terpenuhi maka akan berdampak pada perkembangan otak dan fisik. Tentu saya tidak mau hal itu terjadi pada anak saya.
 
Satu ketika, saya memberinya makan berupa nasi lembek dengan semur daging cincang yang dicampur dengan kentang dan jamur kancing yang dipotong kecil-kecil. Sendok pertama diterima dengan lahap, tapi begitu menyentuh lidahnya, sesaat diisapnya tapi kemudian di buang. 

Orangtua mana yang tidak mengkhawatirkan kondisi anak jika apa yang dimakan hanya diisap lalu di buang? Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak adalah syarat mutlak untuk mendukung tumbuh kembang yang optimal. Bukan sekedar agar si anak sehat tapi juga membuat anak menjadi lebih  cerdas.

Mulaya saya memberi makan Si Sulung di mana saja di rumah sambil bermain atau menonton tv. Tapi saya membaca sebuah artikel di majalah bersegmen ibu dan anak dimana salah satu artikelnya ada ulasan psikholog perkembangan anak, yang tidak menyarankan memberi anak makan sambil bermain-main. Sejak dini anak sudah harus diajarkan disiplin.  Saat makan ya harus makan dan saat main ya silakan main. Anak harus dibiasakan memahami jam-jam kegiatannya. 

Maka saya mencoba menerapkannya. Saat memberinya makan, saya mendudukkan Si Sulung di kursi di meja makan. Sambil bercerita dengan menggunakan peragaan beberapa ekor boneka binatang. Ia menyimak dengan serius cerita saya dan sesekali tangannya memegang/mengusap boneka binatang. Mulutnya tetap mengunyah makanan yang saya berikan. Padahal makan tersebut tidak saya haluskan.

Dan saya mencatat kala itu Si Sulung memecahkan rekor waktu makan. Biasanya antara 45 menit sampai 60 menit. Kali ini hanya 20 menit, sepiring nasi plus lauk dan sayur habis dimakannya. Begitupun keesokan harinya. Saya memberikan menu yang berbeda dan tetap kasar. Masih dengan bercerita dan boneka binatang. Kali ini habis dalam waktu 25 menit. Hari-hari selanjutnya tetap tidak lebih dai 30 menit. Selain durasi waktu makan yang lebih singkat, Si Sulung juga bisa makan makanan yang kasar dan menerima semua variasi menu makan yang saya buat.

Pemberian aneka jenis makanan dan beragam cara olahan makanannya, membuat saya menemukan makanan kesukaannya. Si Sulung sangat menyukai sup sayur-sayuran. Campuran kaldu ayam dan ayam giling dengan wortel, buncis, kembang kol dan kol. Makanan ini tetap disukainya hingga sekarang diusianya 12 tahun. Dari pengalaman tersebut saya mendapatkan banyak pelajaran.


 Berikut Tips pintar untuk anda:

1.     Biasakan memberi makan anak pada jam yang sama
2.     Berikan anak makan sesuai tempatnya (di meja makan)
3.     Gunakan bercerita sebagai pengalih perhatian dari apa yang di makan
4. Gunakan bercerita sebagai media penyampain pesan jenis-jenis makanan dan manfaatnya.
(Mungkin mulanya anak tidak paham mengingat usia belum 3 tahun tapi itu tertanam dalam ingatannya untuk jangka waktu yang lama)
5.     Berikan makan anak dengan porsi yang cukup.
(Kecenderungan ibu/orang tua memberi makan banyak pada anak ketika melihat si anak lahap/menyukai apa yang dimakannya)
6.     Variasi/ragam makanan baik jenis dan beragam bentuk olahan memberikan pilihan rasa pada anak, sehingga anak tidak bosan.

Di usia anak-anak yang semakin aktif (9 dan 12) selain menu makan yang makin bervariasi, saya tetap memberikan sevenseas satu sendok makan seusasi sarapan pagi. Saya percaya tetap diperlukan tambahan multivitamin agar kebutuhan gizinya terpenuhi, sesuai kebutuhan di usai mereka. Sehingga pertumbuhan otak dan fisiknya bisa optimal.

 




1 comment:

rahmah said...

menjadi pelajaran kelak buat saya :)
#belumpunyaanak